Baity Jannaty

#19 Ngaji Gus Yusuf: Kegembiraan Anak di Rumah Menikmati Rejeki Bapaknya, Penebus Dosa

By Najih Suudi

May 02, 2021

Ramadhan 1442 H, Mnews.id menghadirkan transkip teks pengajian bersama Gus Yusuf (KH Muhammad Yusuf Chudlori Pengasuh Asrama Pendidikan Islam (API) Tegalrejo Magelang). Pengajian berlangsung online tiap hari melalui Gus Yusuf Channel mengkaji kitab Qomi’ al-Tughyan.

Diceritakan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib pergi ke masjid dengan bergegas untuk melakukan salat berjamaah subuh. Dalam perjalanannya, beliau bertemu seorang tua yang berjalan di depannya dengan tenang dan anggun di gang jalan. Sayyidina Ali bin Abi Thalib tidak berani mendahului karena memuliakan dan menghormati orang tua tersebut sebab ubannya, sampai waktu terbit matahari tiba.

Ketika orang tua tersebut dekat pintu masjid, ia tidak masuk ke dalam masjid, maka tahulah Sayyidina Ali bin Abi Thalib bahwa orang tua tersebut adalah orang Nasrani. Kemudian Sayyidina Ali bin Abi Thalib masuk ke dalam masjid dan mendapatkan Rasulullah dalam keadaan ruku’.

Setelah Rasulullah selesai melakukan salat, para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa Rasulullah memanjangkan ruku’ dalam salat ini? Rasulullah belum pernah melakukan seperti ini!” Rasulullah  bersabda, “Pada waktu saya ruku’ dan membaca bacaan ruku’, dan aku ingin mengangkat kepalaku, datanglah Malaikat Jibril dan meletakkan sayapnya di atas punggungku dan memegang saya dalam waktu yang lama.

Tatkala Jibril mengangkat sayapnya, maka aku mengangkat kepalaku.” Para sahabat berkata, “Mengapa Malaikat Jibril melakukan ini?” Rasulullah bersabda, “Aku tidak bertanya tentang hal tersebut!” Kemudian Jibril datang dan berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya Ali bin Abi Thalib bergegas untuk melakukan salat berjamaah; kemudian di jalan bertemu dengan seorang Nasrani, sedangkan ia tidak tahu bahwa orang tersebut adalah orang Nasrani. Ia menghormatinya karena ubannya dan tidak berani mendahuluinya. Kemudian Allah memerintahkan kepadaku untuk memegangi engkau dalam keadaan ruku’, agar Ali dapat mengikuti jamaah salat subuh besertamu. Allah memerintahkan kepada Malaikat Mikail untuk memegangi matahari dengan sayapnya, sehingga matahari tidak terbit karena penghormatan Ali kepada orang tua.

Rasulullah bersabda, “Penyayang bukanlah orang yang menyayangi dirinya dan keluarganya secara khusus, tetapi penyayang adalah orang yang menyayangi orang-orang muslim.”

Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang mengusap kepala anak yatim, maka setiap rambut yang dijangkau oleh tangannya akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat.”

Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra menceriterakan bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad seraya bermohon: “Wahai Rasulullah, saya telah berbuat maksiat. Oleh karena itu sucikanlah diriku!” Rasulullah bersabda, “Apa dosamu?” Ia berkata, “Aku malu meng-ucapkannya!”

Rasulullah bersabda, “Mengapa engkau malu kepadaku untuk memberitahukan kepadaku tentang dosamu dan tidak malu kepada Allah, sedangkan Allah melihatmu? Berdirilah dan pergilah engkau dariku, agar api tidak turun kepada kita!” Laki-laki tersebut pergi dari sisi Rasulullah dalam keadaan menyesal, putus asa, dan menangis.

Kemudian Malaikat Jibril datang dan berkata, “Wahai Muhammad, mengapa engkau membuat putus asa orang berbuat maksiat, sedangkan ia mempunyai tebusan bagi dosanya meskipun dosanya banyak?” Rasulullah bersabda,”Apakah tebusannya?” Jibril menjawab, “Ia mempunyai anak laki-laki yang masih kecil.

Setiap ia masuk ke dalam rumahnya dan anaknya menjumpainya, ia memberinya sesuatu makanan atau memberikan sesuatu yang dapat menggembirakannya. Jika anak tersebut bergembira, niscaya kegembiraannya menjadi tebusan baginya.”

Cabang iman ke-67, mendamaikan pertikaian di antara orang muslim bila dijumpai caranya. Dalam surat al-Hujurat ayat 10 Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”

Dalam surat an-Nisa ayat 85 Allah berfirman yang artinya, “Barang siapa yang memberikan syafaat yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian (pahala) dari padanya …”

Rasulullah bersabda, “Perhatian, aku akan mengkhabarkan kepada kamu sekalian tentang amal yang lebih utama dari pada derajat salat, puasa, dan sedekah!” Para sahabat berkata, “Baik!” Beliau bersabda, “Mendamaikan dua orang yang berselisih!”.

Rasulullah bersabda, “Sedekah yang paling utama adalah mendamaikan dua orang yang berseteru.”

Rasulullah bersabda, “Orang yang mendamaikan di antara dua orang dan dia berkata baik bukanlah pendusta.”

Rasulullah bersabda, “Sedekah yang paling utama ialah apabila Anda membantu dengan pangkat Anda kepada orang yang sama sekali tidak mempunyai pangkat.”

Ketahuilah bahwa orang muslim yang mendiamkan (tidak mengajak bicara) orang muslim lainnya melebihi tiga hari, meskipun ia sedang marah kepadanya adalah haram. Jika keduanya sedang berhadap-hadapan dan tidak mau berbicara kepadanya, meskipun dengan memberi salam, kecuali karena udzur syara’, seperti keadaan orang yang didiamkan adalah orang yang fasik atau ahli bid’ah, maka hukumnya tidak haram; meskipun mendiamkannya tidak memberi faedah kepada orang yang didiamkan, seperti meninggalkan perbuatan fasiknya. Benar, andaikata seseorang mengetahui bahwa mendiamkannya akan membawa orang yang didiamkan bertambah fasik, maka dilarang mendiamkannya. Andai tidak berhadapan, maka hukumnya tidak haram meskipun bertahun-tahun, sebagaimana keterangan Imam al-Mudabighi.

Rasulullah bersabda, “Tidak halal bagi seseorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Barang siapa yang mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, kemudian mati, maka ia masuk neraka.”