Search
  • JELAJAH
    • Trending
    • News
    • Pemkot Magelang
    • Pendidikan
    • Literasiku
    • Kesehatan
    • PMI
    • Resolusi 2020
    • Baity Jannaty
Menu
  • JELAJAH
    • Trending
    • News
    • Pemkot Magelang
    • Pendidikan
    • Literasiku
    • Kesehatan
    • PMI
    • Resolusi 2020
    • Baity Jannaty
Buat Cerita
Buat Cerita

#2 Ngaji Gus Yusuf: Orang-orang Jujur Melewati Sirat al-Mustaqim Seperti Sambaran Kilat

Najih Suudi by Najih Suudi
April 15, 2021
in Baity Jannaty, News, Trending
0
#01 Ngaji Gus Yusuf : Pembasmi Kegelapan
77
SHARES
170
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Ramadhan 1442 H, Mnews.id menghadirkan transkip teks pengajian bersama Pengasuh Asrama Pendidikan Islam (API) Tegalrejo Magelang KH Muhammad Yusuf Chudlori. Pengajian berlangsung online tiap hari melalui Gus Yusuf Channel mengkaji kitab Qomi’ al-Tughyan

#2 Hari Kedua

Cabang iman keempat, yaitu mempercayai risalah yang disampaikan para nabi dan rasul. Para nabi merupakan orang-orang yang diutus oleh Allah untuk memberikan petunjuk kepada manusia. Tidak hanya misi ukhrawi, para nabi juga diutus Allah untuk membenahi peradaban manusia, yaitu dalam bidang ekonomi (ma’isyah).

Gus Yusuf menjelaskan bahwa sebagai Muslim yang mengikuti tuntunan Nabi Muhammad, kita perlu mencari nafkah yang tidak hanya halal, tapi juga harus berkah. Berkah sendiri bermakna bertambahnya kebaikan dan kemanfaatan. Gus Yusuf menmbahkan rejeki yang halal belum tentu berkah, tetapi rejeki yang berkah sudah pasti halal.

Cabang iman kelima dan keenam, adalah meyakini akan hancurnya alam semesta dan hari peembalasan. Gus Yusuf menasihati agar kita jangan menganggap diri kita akan hidup selamanya di dunia yang fana ini. Dunia pasti berakhir, dan pada hari akhir ada pembalasan. Manusia yang berbuat baik akan diberikan pahala, sebaliknya manusia yang berbuat buruk juga akaan mendapatkan balasannya. Pada hari akhir penghitungan, semuanya yang kita perbuat akan dicatat, mata, kaki, tangan, mulut akan berbicara atas apa yang dilakukan sebagai saksi amal-amal kita.

Cabang iman ketujuh, yaitu mempercayai ketetapan (qadar) Allah. Kita harus mempercayai semua yang terjadi merupakan ketetapan Allah, dan kita sebaiknya ridla dengan apa yang audah ditentukan oleh Allah. Syeikh Nawawi menceritakan kisah Syeikh Afifuddin al-Zuhdi yang pada waktu tinggal di Mesir merasa tidak percaya dengan kejatuhan Kota Baghdad oleh serangan tentara Mongol.

Kejatuhan Baghdad sekaligus mengakhiri kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Pada masa kejatuhan Kota Baghdad, diceritakan banyak anak-anak yang tidak berdosa meninggal, mushaf al-Qur’an oleh tentara Mongol dijadikan kalung anjing, kitab-kitan ulama dibuang ke sungai Tigris sehingga tumpukannya bisa menjadi jemabatan yang bisa dilalui oleh kuda. Lantas Syeikh Afifuddin al-Zuhdi merasaa tidak percaya dengan peristiwa tersebut, kemudia mengadu kepada Allah, “Ini tidaklah benar, ya Allah. Tidak adil. Mengapa ini terjadi sementara di antara mereka ada anak-anak dan orang-orang yang tak berdosa.”

Syeikh Afiduddin kemudian bermimpi melihat orang membawa kitab, di dalam kitab tersebut tertulis dua bait syair, “hentikan menentang yang bukan urusanmu. Dan ketentuan bukanlah dalam peredaran bintang-bintang”. “Jangan pertanyakan pekerjaan Allah. Yang masuk dalam gelombang lautan akan binasa.”

Cabang iman kedelapan, meyakini bahwa semua makhluk besok akan digiring ke mahsyar. Mahsyar merupakan tempat pemberhentiaan yang berupa tanah datar berwarna putih yang rata nan panas, di mahsyar tidak akan ada manusia yang bisa luput dari penglihatan apalagi bisa bersembunyi. Semua makhluk akan digiring menuju mahsyar berkelompok-kelompkok.

Adapun tingkatan manusia ketika di mahsyar itu berbeda-beda. Ada kelompok yang memgendari kendaraan, mereka adalah golongan orang yang bertaqwa. Ada kelompok yang berjalan dengan kedua kainya, mereka ialah orang yang beriman yang sedikit amalnya. Ada pula yang berjalan dengan menggunakan wajahnya, yaitu mereka orang-orang yang tidak beriman.

Setelah pemberhentian di mahsyar, semua manusia akan digiring ke surga atau neraka, yang sebelumnya mereka harus melewati jalan yang bernama “Sirath al-Mustaqim”.

Umat Nabi Muhammad saat melewati sirath al-Mustaqim terbagi menjadi 7 golongan. Petama golongan orang-orang jujur (Siddiqin), orang-orang alim,  wali-wali Allah, orang yang mati syahid, orang-orang yang berhaji, orang-orang taat, dan orang yang bermaksiat.

Golongan orang-orang jujur melewati sirath al-Mustaqim seperti sambaran kilat, orang-orang alim sepeti tiupan angin, wali-wali Allah seperti terbangnya burung, orang yang mati syahid seperti lari kuda balap yang membutuhkan waktu setengah hari, orang-orang yang berhaji melewatinya dalam waktu sehari penuh, orang-orang taat menempuhanya dalam waktu sebulan, sedangkan orang yang bermaksiat melewati sirath al-Mustaqim dengan memikul dosa-dosa di punggungnya.

Tags: gus yusuf
Previous Post

#01 Ngaji Gus Yusuf : Pembasmi Kegelapan

Next Post

#3 Ngaji Gus Yusuf: Deteksi Tawakal dalam Diri Kita

Next Post
#01 Ngaji Gus Yusuf : Pembasmi Kegelapan

#3 Ngaji Gus Yusuf: Deteksi Tawakal dalam Diri Kita

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • About Us
  • Contact
  • Career
  • Privacy
  • Pedoman Media Siber
Menu
  • About Us
  • Contact
  • Career
  • Privacy
  • Pedoman Media Siber

2019-2024 © PT Mnews Media Startup Digital

 Tentang

Selengkapnya

Mnews.id hadir dengan visi Jurnalisme Positif sebagai ikhitiar untuk memberikan pengaruh positif dalam kehidupan homo digitalis, sehingga berdampak pula pada kehidupan sosial, ekonomi masyarakat

WA : 082135179993 |  Info@mnews.id
Messenger : m.me/mnewsjurnalismepositif

Home

Jelajah

Ruang

Profil

News
Trending
Showbiz
Pendidikan
Berdesa
Whizkul
Literasiku
Kesehatan
Cerita Pemilu
Hasil Polling