Magelang Mnews.id – Panggung Anarta di Taman Lumbini Candi Borobudur terasa pecah diantara senja Kamis (7/10/2022), dalam pembukaan Indonesia Bertutur 2022. Puluhan seniman 5 gunung Magelang tampil dengan tarian topeng ireng dipadu dengan soreng dan truntung yang membuat heboh penonton.
Ya kehebohan itu tak hanya pada pembukaanya saja tapi sampai 11 September 2022, di Candi Borobudur kegiatan itu akan terus membuat kejuatan dengan karya-karya seni. Sedikitnya, 900 pelaku seni dan 116 karya turut serta memeriahkan Indonesia Bertutur 2022. Kegiatan ini sebagai sarana menjaga budaya dan cagar budaya sebagai sumber ilmu pengetahuan sepanjang masa.
Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud Ristek Hilmar Farid mengatakan, festival indonesia bertutur salah satunya berfokus pada refleksi cagar budaya, mulai dari zaman prasejarah, klasik, hingga modern. Semua itu bertujuan untuk mengangkat warisan budaya yang dikemas menggunakan media baru.
Dikatakannya, acara ini sebagai respons kekinian atas perjalanan panjang peradaban manusia. Termasuk Candi Borobudur yang merupakan salah satu warisan budaya maritim Indonesia.
Menurutnya, festival ini mengajak teman-teman pelaku seni untuk membuat karya baru, selain itu juga mengajak mereka bisa menampilkan karya yang terdisplai di acara ini.
Seiring dengan perkembangan teknologi, lanjut dia, Warisan budaya bisa ditampilkan secara menarik dengan menggabungkan budaya dan teknologi. Tentunya dengan pendekatan modern, diharapkan tidak hanya pengisi buku sejarah, tapi juga memberikan edukasi dan pengalaman baru bagi generasi muda.
Festival ini dapat menjadi salah satu media baru bagi perkembangan budaya Indonesia. Menurut Hilmar karena generasi sekarang sangat akrab dengan berbagai macam media baru, teknologi digital, dan lain sebagainya. Ini juga termasuk respons masyarakat sekarang terhadap masa lalu.
Terdapat beberapa program yang ditampilkan pada kegiatan ini. Pertama, Kiranamaya menampilkan beragam video mapping dan tatanan instalasi seni cahaya dari karya-karya seniman dalam dan luar negeri. Dengan menggunakan teknologi pencahayaan, interaktif, dan arsitektural. Pengunjung akan mendapatkan pengalaman cahaya yang istimewa di Borobudur saat malam hari layaknya sebuah festival cahaya.
Kedua, Layarambha yang menghadirkan beberapa film peran dan film pendek dari berbagai jenis film tari dan dari beberapa negara, termasuk dari Indonesia. Ketiga, Anarta, yang mana pengunjung dapat menyaksikan seni pertunjukan kontemporer dari beragam pertunjukan kontemporer di bidang musik, tari dan teater. Khususnya yang melakukan proses eksperimen panjang dan menggunakan teknologi modern dalam karyanya.
Keempat, Visaraloka. Yang mana Intur menyediakan ekosistem bagi seniman multimedia dan interdisipliner yang menggunakan berbagai macam teknologi. Tujuannya untuk memberikan potensi kemungkinan kreatif penggunaan semua media dalam visi artistik yang inovatif.
Kelima, Virama yakni saat menanti pertunjukan di panggung utama, pengunjung dapat menyaksikan pertunjukan musik, tari, dongeng, dan menikmati aneka hidangan yang dijual pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).