Search
  • JELAJAH
    • Trending
    • News
    • Pemkot Magelang
    • Pendidikan
    • Literasiku
    • Kesehatan
    • PMI
    • Resolusi 2020
    • Baity Jannaty
Menu
  • JELAJAH
    • Trending
    • News
    • Pemkot Magelang
    • Pendidikan
    • Literasiku
    • Kesehatan
    • PMI
    • Resolusi 2020
    • Baity Jannaty
Buat Cerita
Buat Cerita

Wangi Pecel Bunga Combrang Bikin Sensasi Tersendiri

Tuhu Prihantoro by Tuhu Prihantoro
Juni 6, 2025
in Semua
0
Wangi Pecel Bunga Combrang Bikin Sensasi Tersendiri

Soekam Parwadi

8
SHARES
17
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Pagi tadi jam 06.15. Saya berangkat naik Kereta Api Logawa dari Ketapang Banyuwangi, Jawa Timur jurusan Purwokerto. Di Stasiun Gubeng, lokomotif dicopot lalu dipindah ke belakang. Setengah jam kemudian berangkat lagi ke arah Purwokerto.

Keretanya sepi, bersih. Yang tidak puasa sunah, membuka bekalnya. Suasana itu membangkitkan obrolan tentang kuliner. “Purwokerto itu hanya terkenal Tempe Mendoan saja,” saya membuka percakapan dengan ibu-ibu yang duduk disamping.

Tetapi sebetulnya ada juga Tempe Kripik khas Purwokerto, kemudian Getuk Sokaraja. Dan yang sensasional lagi adalah “Pecel Combrang” yang kala itu hanya ada di jalur kereta api antara Purwokerto menuju Kroya dan kebumen.

Pada zaman kereta dari arah Jogja ke barat berhenti di Kebumen, banyak pedagang asongan jualan Pecel Combrang naik ke kereta. Para penumpang bisa membelinya untuk sarapan. Sampai Purwokerto pedagang Pecel Combrang turun, menunggu kereta dari arah Jakarta ke Jogja. Pedagang pecel naik lagi dan melayani makan siang penumpang.

Dengan ditemani Peyek Tempe atau Peyek Udang, rasanya Pecel Combrang itu, tiada duanya. Wangi Bunga Combrang warna kemerahan itu, bikin sensasi tersendiri. Terjadi kemesraan antara penumpang dengan UMKM kuliner di sekitar stasiun.

Selain makan Pecel Combrang, penumpang juga bisa membeli Keripik Tempe Purwokerto yang renyah atau Getuk Sokaraja untuk oleh-oleh. Banyak masyarakat pengusaha kuliner kelas UMKM di sekitar stasiun daerah itu hidup.

Begitu juga apabila kita naik kereta api yang melewati Madiun, ada Pecel Madiun.  Kalau lewat Jogja, ada Gudeg Jogja.  Kalau lewat Solo, ada Nasi Liwet Ceker. Lebih ke barat lagi kalau lewat Brebes sampai Cirebon, ada Telur Asin Brebes.

Sampai Indramayu, ada Mangga Indramayu masak pohon yang berbuah sepanjang tahun.

Bersih dari Stasiun.

Tetapi sekarang semua itu hilang. Bersih dari stasiun. Sekarang stasiun seperti rumah sepi yang tidak punya rasa belas kasihan terhadap warga miskin sekitar stasiun.

Bahkan ibu di sebelah saya ini cerita, pedagang makanan di sekitar stasiun juga di babat habis, bersih.

Stasiun berubah menjadi layaknya lobi hotel berbintang. Para penumpangnya nampak gaya-gaya, pegang HP dan duduk-duduk diwarung kopi yang diformat modern di dalam stasiun.

Mau makan ayam goreng juga ada tetapi labelnya adalah franchise dari pengusaha besar .Juga produk roti atau makanan apapun yang merupakan bagian dari perusahaan multinasional bahkan.

Di dalam kereta juga para pramugari kereta yang cantik (Infonya, masih gadis semua itu), mendorong wadah makanan yang dijajakan kepada penumpang dengan sapa mesranya.

 Yang dijual banyak yang produk pabrikan, serta nasi goreng atau nasi yang lain dengan harga lumayan mahal.

Bapak Presidenku yang baik.

Bapak sering berpidato dengan semangat untuk mengentaskan kemiskinan.

Saya mohon dengan hormat, hidupkan kembali UMKM kuliner ini bisa masuk stasiun dan naik ke kereta ekonomi. Ketertiban, kebersihan memang harus dijaga. Mereka juga dipersilakan berjualan makanan yang klasik dan murah seperti dulu.

Sekiranya dianggap tidak layak di kereta eksekutif, biar mereka melayani penumpang kelas ekonomi yang isinya buruh, tukang batu atau pedagang kecil yang sedang mudik atau berangkat ke kota ikut membangun kota besar yang gemerlap itu.

Dia juga bisa beli oleh-oleh lokal yang harganya murah sesuai dengan daya belinya.

Saya salut kereta api sekarang bersih. Tetapi pedagang kecil jangan ikut dibersihkan kegiatannya dari lingkungan kereta api yang sudah berjalan sejak zaman Belanda.

Yang perlu diubah mungkin penampilan para pedagang. Pakaian yang dikenalkan harus patut, dan makanannya bersih.

Pak Presiden.

Kalau Bapak mendengar keluh kesah pedagang kecil di sekitar stasiun, Bapak bisa menangis seperti yang saya alami.

Tapi, hal seperti ini masa mengapa harus diselesaikan oleh Presiden.

Modernisasi Jangan Korbankan Masyarakat Kecil.

Apakah anak buah Bapak Presiden kurang paham tentang sosiologi masyarakat kecil? Sehingga modernisasi ini justru mengorbankan masyarakat kecil.

Padahal orang kecil ini adalah masyarakat kita yang punya hak hidup yang sama.

Isu yang juga berkembang tentang batalnya diskon listrik 50%, lalu dialihkan ke diskon tol berapapun besarnya..

Ini sudah membuat isu baru. Bahwa keberpihakan dengan orang kecil mulai tidak ada. Karena listrik dinikmati oleh rakyat kecil yang tidak pernah lewat jalan tol. Sementara jalan tol dilewati oleh orang-orang bermobil termasuk pelaku industri besar.

Bapak Presiden..

Bapak adalah Bapaknya rakyat. Termasuk Bapaknya Penjual Pecel Combrang dan Tempe Kripik Purwokerto. Juga Bapaknya Penjual Pecel Madiun atau Telur Asin brebes.

Semoga Bapak senantiasa sehat.

Kereta Logawa 5 Juni 2025. Hari Arafah 1446 H.

Penulis, Soekam Parwadi adalah Direktur Paskomnas (Pasar Komoditi Nasional)


Previous Post

Balai Kota Magelang Raih Sertifikasi Hijau dari Kementerian ESDM dan Inggris

Next Post

Raih WTP ke-9, Bukti Komitmen Pemkot Magelang Sajikan Laporan Keuangan yang Profesional

Next Post
Raih WTP ke-9, Bukti Komitmen Pemkot Magelang Sajikan Laporan Keuangan yang Profesional

Raih WTP ke-9, Bukti Komitmen Pemkot Magelang Sajikan Laporan Keuangan yang Profesional

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • About Us
  • Contact
  • Career
  • Privacy
  • Pedoman Media Siber
Menu
  • About Us
  • Contact
  • Career
  • Privacy
  • Pedoman Media Siber

2019-2024 © PT Mnews Media Startup Digital

 Tentang

Selengkapnya

Mnews.id hadir dengan visi Jurnalisme Positif sebagai ikhitiar untuk memberikan pengaruh positif dalam kehidupan homo digitalis, sehingga berdampak pula pada kehidupan sosial, ekonomi masyarakat

WA : 082135179993 |  Info@mnews.id
Messenger : m.me/mnewsjurnalismepositif

Home

Jelajah

Ruang

Profil

News
Trending
Showbiz
Pendidikan
Berdesa
Whizkul
Literasiku
Kesehatan
Cerita Pemilu
Hasil Polling