Magelang Mnews.id – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Magelang gelar silaturahim bersama takmir masjid se Kabupaten Magelang, Kamis (30/1).
Silaturahim yang digelar di Meeting Hall Brambang Salam Tempuran Magelang ini mengusung tema “Meneguhkan Ukhuwah Wathoniah di Lingkungan Masjid”.
Pembicara acara itu Ahsan Fauzi, S.Sos.I, Ketua Umum PW Prima DMI Jawa Tengah, pengurus bidang remaja PP MAJT, memaparkan bahwa generasi milenial harus menumbuhkan rasa cinta kepada masjid. Salah satu cara untuk menarik jamaah datang ke masjid adalah memberdayakan ekonomi umat.
“Pihak kami juga sudah mulai memberikan fasilitas seperti wifi di masjid agar menarik banyak remaja maupun pelajar yang mau datang ke masjid. Wifi yang disediakan juga sudah diprogram otomatis mati lima menit sebelum waktu sholat tiba” ujar Ahsan.

Sedangkan KH Ahcmad Labib Asrori, pembicara lainnya lebih menekankan pada ukhuwah wathoniah. Beliau menjelaskan bahwa devinisi wathon atau tanah air sendiri merupakan tempat dimana seseorang dilahirkan atau bertempat tinggal.
“Mencintai tanah air itu disejajarkan dengan mencintai diri sendiri” statement beliau sebelum memasuki materi.
Beliau menyampaikan bahwa membangun ukhuwah wathoniah itu salah satunya menjadikan masjid sebagai pusat peradaban. Manusia tidak bisa lepas dari tiga hal, beliau menjelaskan kosep ukhuwah (persaudaraan) dibagi menjadi tiga macam:
1.Ukhuwah Islamiah (persaudaraan sesama muslim)
Manusia itu tidak bisa memutuskan persaudaraan, siapapun dia pasti memiliki saudara seiman dalam konteks ini adalah agama islam.
2.Ukhuwah wathaniah (persaudaraan sesama bangsa)
Konsep wathaniah menjadi konsep yang wajib di pegang oleh semua orang. Konsep ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga persaudaraan, persatuan dan kesatuan antar sesama warga bangsa. Ukhuwah wathoniah tidak bisa dibangun tanpa islam yang moderat.
3.Ukhuwah Insaniah (persaudaraan sesama manusia)
Setiap orang, siapapun dan dimanapun pasti membutuhkan bantuan orang lain, tidak mungkin tidak. Manusia tidak bisa memutuskan ketergantungan terhadap orang lain.

Septian Ardiyansah selaku ketua panitia menuturkan bahwa diadakannya acara ini bertujuan untuk mengajak kawan-kawan mahasiswa yang notabennya agent of change mampu menjadi pionir di lingkungan masjid masing-masing. Panitia juga mendatangkan pemateri yang khusus membidangi remaja masjid.
“Saya berharap dengan adanya acara ini kader-kader anahdliyah bisa peka terhadap pola-pola radikalisme yang dibangun di beberapa masjid yang sudah diterapkan oleh golongan tertentu. Salah satu cara mengantisipasi pola-pola tersebut adalah dengan memakmurkan masjid-masjid kita. Jangan sampai hanya orang tua saja yang menjadi pengurus masjid, karena hal tersebut akan memudahkan kaum radikalisme untuk memasukinya” ujar Septian.