Magelang Mnews.id –Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magelang memastikan gelaran Borobudur Super Moon 2025 akan digelar pada 7 Oktober 2025 di kawasan Candi Borobudur. Acara yang sempat tertunda ini akan menjadi momentum penting untuk menghidupkan kembali suasana malam di kawasan wisata dunia tersebut dan menggeliatkan sektor pariwisata lokal.
Bupati Magelang Grengseng Pamuji menegaskan bahwa kegiatan ini akan diselenggarakan bertepatan dengan malam bulan purnama dan bakal menjadi agenda rutin setiap purnama. “Besok tanggal 7 Oktober dan dipastikan saudara-saudara kita dari Gianyar, Bali juga akan hadir di Borobudur Super Moon,” ujar Grengseng kepada wartawan saat meninjau lokasi terdampak angin kencang di Secang, Senin (29/9/2025).
Menurutnya, penundaan sebelumnya dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap situasi nasional yang kurang kondusif akibat demonstrasi di sejumlah daerah. “Ya, kemarin kita tunda karena kondisi secara umum di Indonesia sedang tidak baik. Tapi Alhamdulillah, sekarang situasi politik dan keamanan sudah membaik, jadi acara bisa kita lanjutkan,” jelasnya.
Bupati berharap, Borobudur Super Moon tidak hanya menjadi tontonan seni dan budaya semata, tetapi juga mampu menciptakan suasana malam yang hidup di kawasan Borobudur. Dengan cahaya bulan purnama yang memantul di dinding-dinding megah candi, pertunjukan seni dari berbagai daerah seperti Gianyar (Bali) dan Magelang diharapkan menjadi daya tarik baru bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Semoga acara ini bisa menjadi penggerak ekonomi kreatif dan pariwisata malam di Borobudur. Kita ingin Borobudur tidak hanya ramai di siang hari, tapi juga hidup dan mempesona di malam hari,” pungkas Grengseng.
Selain menampilkan berbagai pertunjukan seni dari Bali dan Magelang, gelaran Borobudur Super Moon 2025 juga akan menghadirkan fragmen sendratari bertajuk “Divine Ecstasy Dewi Malam.” Pementasan ini menjadi salah satu sajian utama yang akan memeriahkan suasana malam bulan purnama di Candi Borobudur. Dengan latar megah candi yang diterangi sinar rembulan, fragmen ini diharapkan mampu menghadirkan pengalaman spiritual dan estetis yang mendalam bagi para penonton.
Karya ini mengisahkan perjalanan tokoh Sudhana dalam pencarian pencerahan spiritual dengan bertemu delapan dewi yang masing-masing memiliki karakter dan simbolisme tersendiri. Pertemuan itu menggambarkan perjalanan batin manusia menuju kesadaran tertinggi, di mana Sudhana bersujud sebagai simbol ekstase dan penyerahan diri dalam spiritualitas. Dengan koreografi yang indah, tata cahaya yang dramatis, serta musik tradisional yang berpadu harmonis, Divine Ecstasy Dewi Malam akan menjadi puncak refleksi seni dan spiritual di tengah pesona malam Borobudur yang bercahaya.