Search
  • JELAJAH
    • Trending
    • News
    • Pemkot Magelang
    • Pendidikan
    • Literasiku
    • Kesehatan
    • PMI
    • Resolusi 2020
    • Baity Jannaty
Menu
  • JELAJAH
    • Trending
    • News
    • Pemkot Magelang
    • Pendidikan
    • Literasiku
    • Kesehatan
    • PMI
    • Resolusi 2020
    • Baity Jannaty
Buat Cerita
Buat Cerita

:01: Ngaji #Dirumahsaja Bareng Gus Yusuf ”Ayyuhal Walad”: Soal Pandemi Covid-19 Kiyai Harus Nurut Apa Kata Dokter

Najih Suudi by Najih Suudi
April 25, 2020
in Baity Jannaty
0
ngaji bareng gus yusuf

gus yusuf

103
SHARES
176
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
Ayyuhal Walad Part I

Dahulu ada seorang santri khidmah atau mengabdi kepada Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali.Dia belajar tekun dan menuntut ilmu dari beliau sehingga menguasai daqol-iqul ulum, ilmu-ilmnu yang mendetail yang tidak diketahui orang awam, dan memiliki kekuatan jiwa.

Pada suatu hari, santri Al-Ghazali ini merenung dan tafakkur akan keadaany dirinya dan mengkhawatirkan perilakunya. Lalu berkata : Sesungguhnya aku telah membaca bermacam-macam ilmu dan terlah kucurahkan umurku untuk belajar dan menghasilkan ilmu, saat ini yang selayaknya aku ketahui adalah, ilmu yang mana yang akan bermanfaat begiku, dan ilmu yang mana yang tidak bermanfaat bagiku sehingga aku tinggalkan sesuai Sabda Nabi ;

‘’Ya Allah aku berlindung kepadamu dari Ilmu yang tidak Bermanfaat,’’

Ini semacam kegalauan seorang santri dan menuliskan curahan hatinya dalam bentuk surat untuk gurunya yaitu Imam Al-Ghazali. Dalam surat itu meminta petunjuk/fatwa atas beberapa permasalahan, sekaligus meminta nasehat dan doa.

Ilmu yang memberi manfaat itu yang seperti apa. Kalau nanti dalam menjalani kehidupan di masyarakat gimana dengan ilmu-ilmu itu apa bisa menuai berkah manfaat? Kemudian bagaimana di alam kubur apakah juga bisa menerangi? Berkah manfaat inilah yang dicari para santri bukan yang lainnya.  

‘’ Di Pondok itu yang dicari bukan hanya kepinteran, kalau cerdas saja tapi tidak ada manfaatnya, ya percuma. Santri itu tidak nyari ijazah karena memang di pondok pesantren tidak ada ijazahnya. Para santri itu mencari berkah Ilmu yang manfaat,’’

Gus Yusuf

Santri yang menulis surat tersebut sebenarnya telah mengkajili hampir semua Kitab Al-Ghazali, ada sekitar 300 kitab yang termashur, salah satuya Ihya’ Ulumuddin. Namun santri ini ingin agar Al-Ghazali menulis pada lembaran-lembaran kertas yang bisa dijadikan pegangan sepanjang hidupnya. Insyallah.  

Kemudian Al-Ghazali menulis balasan surat dari santrinya tersebut,

Semoga Allah selalu melanggengkan-mu menjadi orang yang taat dan menjadikan-mu orang mengikuti perilaku Kekasih-Nya, sesungguhnya penjelasan nasehatku tertulis dalam surat ini, jika surat ini kamu bisa megambil nasehat dan pitutur, nasehat apa yang kamu butuhkan.

”Kitab ini merupakan pegangan, pitutur, ikhtiyar, kita semua. Supaya mendapat ilmu yang manfaat. Ayyuhal Walad, sebagai bentuk kasih sayang seorang guru kepada murid. Seperti layaknya anak kandung sendiri. Begitu juga dengan santri, menggap hal yang sama seperti bapaknya sendiri.  Maka menggunakan kalimat walad”

Gus Yusuf

Duhai santriku

Kemudian sebagian dari yang dinasehatkan Rasulullah,

‘’Tiada berpaling Allah dari hambanya adalah, jika ia ketungkul dan sibuk melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, dan sesungguhnya orang yang kehilangan waktu dari umurnya untuk selain beribadah, tentu partu baginya selamanya menyesal, barang siapa umurnya telah melebihi 40 tahun, namun amal kebaikannya terkalahkan oleh amal kejelekannya maka bersiap-siaplah untuk masuk neraka,’’

Panjang umur yang taat kepada Allah itu dibagi dua, panjang umur fisik dan batinnya taat kepada Allah. Kemudian panjang umur yang fisik dan batinnya jauh dari Allah, biarpun umurnya 100 tahun tapi tidak ada amal kebaikannya, biarpun umurnya 80 tahun tapi tak berbuat apa dan jauh dari Allah.

Bisa saja umurnya 30 tahun atau 40 tahun, tapi umurnya manfaat, berkualitas hidupnya, pendek tapi penuh amalan baiknya. taat juga dekat dengan Allah.  

Hidup itu harus bermanfaat, apalagi sekarang dihimbau pemerintah di rumah saja bukan berarti di rumah tidur terus menerus. Sehari semalam pegang hape terus menerus. Iya memang ini bulan Ramadhan, tidur saja dapat ganjaran. Tapi tidur itu juga lebih baik, jika tadarus Al Quran, shalat, dan ibadah lainnya.

Sekarang zamannya generasi ‘’rebahan’’ berjuang untuk bangsa itu hanya perlu bantal dan guling, cukup tidur di rumah berarti telah turut mendukung tidak menambah penyebaran virus corona. Tapi seseorang akan kehilangan waktunya, tidak ada nilai ibadahnya tahu-tahu sudah tua.

Kalau umur sudah kelewat 40 tahun, perilakunya masih belum bener, shalatnya bolong-bolong, belum ngaji, kikir tidak sedekah, pokoknya yang jelek-jelek lainnya.

Jika perilaku seperti itu dan umurnya sudah di atas 40 tahun, maka bersiap-siaplah untuk masuk neraka. Ya memang untuk melakukan taubat masih bisa diterima sampai ruh di tenggorokan, tapi apakah sepanjang hidup itu tidak memberikan manfaat dan berbuat kebaikan.

Duhai Santriku

Memberi nasehat itu mudah yang sulit itu menerima nasehat orang lain, karena nasehat bagi orang yang menuruti hawa nafsu, itu terasa pahit.  Sebab justru perkara yang dilarang itu yang disenangi dalam hatinya.

Apa yang bisa diambil hikmahnya untuk hari ini, yaitu menghargai pendapat orang lain baru belajar berbicara. Nasehat itu gampang, yang sulit itu menerima nasehat. nasehat bagi orang yang menuruti hawa nafsu, itu pahit. Jadi belajarnya belajar menerima nasehati orang lain, sebelum menasehati orang lain.

‘’Jadi kalau santri pulang ke masyarakat, jangn kaget mendengar pendapatnya masyarakat berbeda-beda. Maka dari itu di pondok latihan batshul masail, tidak hanya berlatih menyampaikan argumen dan dalil. Tapi yang terpenting di latihan batshul masaail adalah berlatih menghargai pendapat orang lain. Keudian baru ada tim perumus yang membuat point-point rumusan dan akhirnya muncul kesepakatannya seperti apa,’’

Situasi musibah penyakit seperit sekarang ini (Covid-19)  kalau ngomong kesehatan ya Kiyai harus mau mendengarkan pendapatnya dokter. Meski Kiyai kalau urusan kesehatan ya lebih alim dokter. kalau soal ngaji,agama, dokter manut kiyai.

Menerima nasehat orang lain itu yang tidak gampang. Maka disinilah pentingnya ilmu manfaat dan barokah, itu yang membuat hati lembut dan terang.

Terlebih bagi maereka menuntut ilmu hanya untuk pengetahuan, dan sibuk untuk keenakan diri dan keindahan dunia. mereka menyangka bahwa ilmu tanpa amal akan menjadi sebab keselamatan dan kebahagiaannya. dan mereka menyangka bahwa ilmu itu tidak membutuhkan amal. Yang demikian adalah I’tiqodnya kaum falasiah. Orang yang menghrur terbujuk itu tidak tahu ketika ia menghasilkan ilmu tanpa dialamkan hal akan menjadi hujjah yang sangat kuat yang sangat membahayakan dirinya. Rasulullah bersabda.

‘’Manusia yang paling berat mendapatkan siksa di hari kiamat yaitu orang yang mempunyai ilmu yang Allah tidak memberi manfaat atas ilmunya’’  

BalasTeruskan
Previous Post

DPRD Kabupaten Magelang Bentuk Satgas Pengawasan Penanganan Covid-19

Next Post

Lockdown Cake Menu Buka Puasa Spesial

Next Post
Lockdown Cake Menu Buka Puasa Spesial

Lockdown Cake Menu Buka Puasa Spesial

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • About Us
  • Contact
  • Career
  • Privacy
  • Pedoman Media Siber
Menu
  • About Us
  • Contact
  • Career
  • Privacy
  • Pedoman Media Siber

2019-2024 © PT Mnews Media Startup Digital

 Tentang

Selengkapnya

Mnews.id hadir dengan visi Jurnalisme Positif sebagai ikhitiar untuk memberikan pengaruh positif dalam kehidupan homo digitalis, sehingga berdampak pula pada kehidupan sosial, ekonomi masyarakat

WA : 082135179993 |  Info@mnews.id
Messenger : m.me/mnewsjurnalismepositif

Home

Jelajah

Ruang

Profil

News
Trending
Showbiz
Pendidikan
Berdesa
Whizkul
Literasiku
Kesehatan
Cerita Pemilu
Hasil Polling