Selagi kalian tidak melakukan ibadah, maka jangan harap kalian akan mendapatkan pahala
Diceritakan dulu ada seorang hamba dari Bani Israil sudah beribadah selama 70 tahun.
Lantas Allah ingin memperlihatkan hamba tersebut kepada malaikat. Kemudian diutuslah malaikat untuk memberikan kabar bahwa ibadah hamba yang begitu banyaknya tidak menjamin hamba tersebut masuk surga.
Ketika kabar tersebut sudah sampai kepada hamba tadi, kemudian hamba yang rajin beribada tersebut menjawab, “kita memang diciptakan oleh Allah untuk beribadah, sudah sepatutnya kita beribadah kepada-Nya”.
Setelah menyampaikan kabar kepada hamba tersebut, malaikat yang diutus kembali menyampaikan laporan kepada Allah, “wahai Tuhan-ku, Engkau lebih mengetahui apa yang telah disampaikan hamba-Mu”. Allah pun menjawab, “hamba tersebut sudah tahu bahwa ibadahnya selama 70 tahun tidak dapat menjamin dirinya masuk surga, tetapi hamba tersebut masih tidak berpaling dan tetap mau beribadah kepada-Ku, maka Aku (Allah) tidak akan berpaling dari hamba tersebut, saksikanlah wahai kalian para malaikat bahwa Aku (Allah) mengampuni dosa-dosa hamba tersebut”.
Gus Yusuf menjelaskan, yang menentukan seorang hamba masuk surga atau tidak itu bukan karena ibadah seorang hamba, tetapi yang menentukan seorang hamba bisa masuk surga itu karena rahmat (kasih sayang) Allah kepada seorang hamba.
Ia menambahkan, beribadah itu bukan hanya dengan menggunakan ilmu, tetapi perlu menggunakan akhlak juga. Ada tata kramanya (keikhlasan dalam beribadah).
Gus Yusuf mencontohkan bahwa ibadah puasa merupakan ibadah yang istimewa. Bahkan menurutnya, Allah telah menyatakan bahwa ibadah puasa merupakan ibadah yang diperuntukkan khusus kepada-Ku, maka Allah sendiri yang akan mengganjar pahala puasa. Karena puasa, menurut Gus Yusuf mempunyai faedah muraqqabah (mendekatkan diri kepada Allah).
فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Fa innahu lii wa anaa ajzii bihi”
Artinya: Puasa adalah untuk-Ku semata, dan Aku (Allah) sendiri yang akan memberikan ganjaran.
Gus Yusuf
“Manusia berkewajiban melaksanakan ibadah sebaik-baiknya. Soal diterima apa tidak itu bukan urusan kita, soal diterima atau tidak kita serahkan hanya kepada Allah. Itu akhlaknya orang beribadah”,
Sudah tepat syair yang disenandungkan oleh Abu Nawas.
إِلهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً # وَلاَ أَقْوَى عَلىَ النَّارِ الجَحِيْمِ
فَهَبْ ليِ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبيِ # فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ العَظِيْمِ
Ilahi lastu lilfirdausu ahla# Wala aqwa ‘alannaril jahiimi
Fahab li taubatan waghfir dzunubi # Fainnaka ghofirudzambi ‘adziimi
Artinya: Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga Aku juga tidak kuat dalam neraka. Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa yang besar.
Rasullah bersabda, “Hitunglah amal kalian di dunia, sebelum amal kalian dihitung di akhirat. Timbanglah amal kalian di dunia, sebulum amal kalian ditimbang di akhirat”.
Sayyidina Ali berkata, “orang yang beranggapan bisa masuk surga tanpa amal itu merupakan seorang pemimpi (orang yang berharap sesuatu yang sulit terjadi). Orang yang beranggapan bisa masuk surga dengan mengandalkan ibadah yang banyak adalah orang yang lupa dengan rahmat Allah”.
Sayyidina Hasan berkata, “mengharap surga tanpa amal ibadah merupakan laku dosa dari beberapa jenis dosa. Ia juga berkata, “Ilmu hakikat adalah meninggalkan untuk senantiasa melihat pahala amal ibadah, bukan meninggalkan ibadah itu sendiri”.
Sayyidina Hasan
Dan Rasulullah pernah bersabda, “orang yang cerdas adalah orang yang mengkoreksi dirinya dan beramal sebagai bekal setelah mati. Orang yang pandir (bodoh) ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah (dosanya akan diampuni tanpa bertaubat).