adira01

Adira Hesti Ksvara Garap Musik “Divine Ecstasy Dewi Malam” Terinspirasi dari Relief Borobudur

Magelang Mnews.id – Musisi muda berbakat asal Magelang, Adira Hesti Ksvara, akan tampil sebagai Direktur Musik dalam pertunjukan kolosal “Divine Ecstasy Dewi Malam” yang menjadi bagian dari gelaran Borobudur Moon 2025 pada 7 Oktober 2025 mendatang di Taman Marga Utama, Candi Borobudur. Dengan latar belakang kuat di dunia musik klasik dan orkestra, Adira menghadirkan konsep musikal yang unik—mengangkat inspirasi dari relief-relief Borobudur yang diterjemahkan ke dalam frekuensi suara dan komposisi musikal yang sarat makna spiritual.

Lahir di Magelang pada tahun 1993, Adira tumbuh dalam lingkungan keluarga seni. Ia merupakan putra dari Sapta Ksvara Kusbini, dan cucu dari Kusbini, maestro legendaris musik keroncong Indonesia. Warisan musikal yang mengalir dalam darahnya membuat Adira terbiasa berinteraksi dengan nada dan harmoni sejak kecil. Ia menempuh pendidikan formal di Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta, kemudian melanjutkan studi di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Pascasarjana ISI Yogyakarta dalam bidang seni musik.

Dalam kariernya, Adira pernah menjadi pemain biola di sejumlah grup orkestra ternama Indonesia seperti Magenta Orchestra, Oni n Friends, dan Gita Bahana Nusantara. Selain itu, ia juga aktif sebagai pelatih dan konduktor saat menjadi mahasiswa, membawahi komunitas String Orchestra of Himasik, Himasik Orchestra UNY, serta I Cannonieri Chamber Orchestra. Pengalaman ini membentuk kepekaan artistiknya dalam mengolah suara menjadi narasi musikal yang kuat dan penuh emosi.

Dalam Divine Ecstasy Dewi Malam, Adira menghadirkan komposisi musik yang tidak sekadar mengiringi tari, tetapi menjadi bagian dari narasi spiritual yang hidup. “Musik dalam karya ini kami ambil dari inspirasi relief-relief Borobudur. Kami mencoba menerjemahkan bentuk dan cerita relief itu ke dalam frekuensi suara-suara yang menggambarkan perjalanan batin dan energi spiritual di setiap fragmen,” ujar Adira.

Karya musik yang digarapnya menghadirkan perpaduan antara elemen tradisi dan orkestra modern, dengan eksplorasi suara gamelan, string, serta ambient yang membangun suasana mistis di bawah cahaya bulan purnama. Kolaborasi ini tidak hanya memperkaya pengalaman pertunjukan Divine Ecstasy Dewi Malam, tetapi juga menjadi bentuk penghormatan terhadap keagungan Candi Borobudur sebagai sumber pengetahuan, seni, dan spiritualitas yang terus hidup melalui karya generasi penerusnya.