Magelang Mnews.id – Tempat tinggal paling indah itu adalah rumah sendiri, apapun kondisinya dan makanannya yang ada akan membuat nyaman. Itu yang diungkapkan Sudarsi (43) ketika harus memberikan testimoni terakhir sebelum pulang dari Tempat Evakuasi Akhir (TEA), Banyurojo Magelang Senin (1/2/2021).
Pengungsi dari Babadan ini mengaku, pelayanan dan fasilitas TEA di Bayurojo sangat istimewa dan mengesankan. Tapi tinggal di rumah sendiri akan akan lebih bahagia, buat dia rumahnya adalah surga, bisa beraktifitas normal ke ladang makan seadaanya ala desa seperti sediakala.
Dia bersama warga lainnya dari Dusun Babadan 1, Desa Paten, Kabupaten Magelang, terharu dan menangis tak bisa menyembunyikan kebahagiaan pulan ke rumah. Di sisi lain haris berpisah dengan para relawan dan pengurus TEA yang setia melayani dipegungsian.
Kurang lebih sekitar 83 hari menempati TEA Banyurojo karena peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang berlevel Siaga III. Dan mengungsi ini sudah menjadi rutinitas warga lereng Merapi ketika terjadi erupsi.
Dia mengaku, harus tetap waspada di tengah erupsi yang belum usai. Namun aktivitas di ladang harus tetap jalan untuk menopang ekonomi keluarga. Setelah sekian lama keluarganya tidal meladang.
Dia menceritakan, selama di pengungsian seluruh warga Dusun Babadan I, pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Desa Banyurojo sangat istimewa. Seperti untuk keperluan makan telah disediakan selama 24 jam penuh di dapur umum.
Selain itu, selama mengungsi warga Dusun Babadan I diberdayakan oleh Pemerintah Desa Banyurojo selaku desa penyangga dalam program sister village bahaya erupsi Merapi.
“Ibu-ibu dari Dusun Babadan, selama mengungsi dilibatkan dalam memasak di dapur umum. Itu yang menjadikan selama 83 hari terakhir, kami tidak seperti hidup di pengungsian dan seolah berada di lingkungan keluarga sendiri,” ujarnya.
Ia berharap program sister village yang sudah berjalan, dapat dipertahankan karena sangat bagus. Dengan program desa saudara ini, pengungsi tertangani dengan lebih baik.
“Kami berharap, silaturahmi akan terus terjaga, jangan sampai ada yang terluka,” katanya.
Pendampingan Pertanian dan Ekonomi
Dasri berharap, dengan kepulangan sementara para pengungsi Merapi dari Dusun Babadan I ada pendampingan dari pemerintah, mulai modal pertanian hingga pupuk gratis. Sehingga warga bisa segera beraktifitas di sawah ladang lagi.
Menurutnya, selama hampir tiga bulan mengungsi, perekonomian warga menjadi ‘morat-marit’. Karena, sawah ladang mereka yang menjadi tumpuan ekonomi tidak ada yang merawatnya. Sehingga, keuangan warga menjadi berkurang.
“Kami juga ingin pemerintah hadir untuk mendampingi dalam memulihkan perekonomian terutama di sektor pertanian,” harap Dasri.
Warga Dusun Babadan I yang mengungsi ke TEA Banyurojo sejak 9 November lalu sebanyak 256 jiwa dan semuanya masuk dalam kelompok rentan.
Sementara itu, sekretaris Desa Banyurojo, Agus Firmansyah mengatakan, sebagian logistik yang ada di TEA Banyurojo berupa beras, gula dan kebutuhan pokok lainnya dibagikan secara merata bagi warga Dusun Babadan I. Dan, sebagian lainnya tetap disimpan di gudang logistik TEA Banyurojo.
“Sebagian logistik bahan kebutuhan pokok, kami bagikan kepada seluruh pengungsi untuk bekal hidup sekitar dua minggu ke depan,” katanya