Search
  • JELAJAH
    • Trending
    • News
    • Pemkot Magelang
    • Pendidikan
    • Literasiku
    • Kesehatan
    • PMI
    • Resolusi 2020
    • Baity Jannaty
Menu
  • JELAJAH
    • Trending
    • News
    • Pemkot Magelang
    • Pendidikan
    • Literasiku
    • Kesehatan
    • PMI
    • Resolusi 2020
    • Baity Jannaty
Buat Cerita
Buat Cerita

Asyiknya Menulis Ditemani Secangkir Kopi

KHOMSIN ADI SUBROTO by KHOMSIN ADI SUBROTO
Desember 23, 2019
in Literasiku
0
menulis ditemani secangkir kopi
84
SHARES
187
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Menulis merupakan tindakan yang tidak lepas dari kegiatan mendengar dan membaca. Membaca saja tidak cukup untuk menghasilkan tulisan yang baik. Tulisan yang baik harus terbiasa menulis. Hal ini, harus dilakukan secara optimal, konseptual dan prosedural dengan menghilangkan rasa malas. Rasa malas pada setiap orang memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Terbukti dalam kegiatan National Workshop di Hotel Griya Persada Kaliurang dari 97 peserta masing-masing memiliki tingkatan rasa malas yang berbeda.

Tagihan-tagihan penugasan oleh  Prof. Imam Robandi  ada yang semangat menyelesaikan ada pula yang belum. Keluar masuk ruangan terbukti rasa malas di setiap peserta tampak terlihat, berbeda jika ke toilet. Namun, bagi peserta yang harus stay entah merasa dipaksa  atau murni keinginannya barang tentu menghasilkan karya yang baik. Hasil karya yang baik sesekalipun perlu tindakan yang preventif atau dipaksa.   Perubahan diri jangan hanya ditunggu, namun dijemput dengan berbagai cara sebagai bentuk komitmen. Komitmen dibentuk tidak cukup dari  diri sendiri namun, memikirkan situasi. Karya diri dengan menulis merupakan karya tertinggi yang tidak akan tergerus oleh zaman di negeri ini.

Menulis membutuhkan waktu yang tidak kilat bahkan sesaat. Namun, membutuhkan bermenit-menit, berjam-jam, berhari-hari, bahkan berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Selain waktu, kondisi lingkungan yang reprsentatif sangat mendominasi untuk menulis.  Salah satu tempat representatif untuk menulis adalah di Hotel Griya Persada Kaliurang.

Masuk hotel peserta disuguhkan rindangnya pepohonan yang hijau serta halaman yang bersih. Hotel ini juga menjajikan tokoh-tokoh pewayangan di setiap sudut ruangan bahkan di dalam ruangan pun ada. Cuaca yang tidak panas bahkan cenderung dingin dengan angin yang sepoi-sepoi ditambah suara gemericik air mancur dekat lobi menambah pundi-pundi inspirasi untuk menulis bertebaran. Menu makan yang begitu elok nan bermacam menambah kebetahan peserta menulis ingin tetap berada di sini. Hotel ini, selain bagus untuk menulis tentunya juga memanjakan diri dengan berbagai macam fasilitas yang ditawarkan. Selain itu, keramahan dari setiap pekerja hotel begitu nyaman ditambah senyum sama rata menambah kesejukan hati.

Memanjakan diri tidak harus pergi jauh, menghambur-hamburkan uang bahkan tenaga. Namun, kawan-kawan penulis yang lucu dengan gaya bicara dan tingkah lakunya membuat hati ini ingin tetap disini. Kaliurang ini luas, selain hotel, villa, bahkan semak belukar pun masih menjadi pemandangan perjalanan kawan-kawan  menuju alun-alun kaliurang. Canda dan tawa sudah mereka perlihatkan ketika malam itu kami bersepakat mencari makan. Pertama, pak Bayu salah satu guru SD Mutual harus mengundi untuk menentukan siapa yang harus menjadi nahkoda kapal APV. Kedua, tetiba dilokasi dengan gas tipis-tipis semua pikiran berubah untuk menuju salah satu tempat yaitu telogo putri. Karena parkiran yang sesak, akhirnya puter walik menuju alun-alun kaliurang.  

Kaliurang merupakan tempat wisata pegunungan di daerah Yogyakarta, yang lebih dikenal dengan Lereng Gunung Merapi. Tempat ini, selain memanjakan mata dengan pemandangannya juga menyuguhkan dengan kulinernya yang khas. Wedang ronde dan sate kelinci merupakan andalan menu makan di daerah ini. Nikmat rasanya ditemani kawan-kawan yang lucu sembari wedangan wedang ronde dan sate kelinci. Tidak pakai lama, pesanan datang dan tercium aroma jahe yang sangat menggoda. Keadaan semakin hangat lagi ketika salah satu dari kami membahas tentang lembar jawab anak. Anak tersebut seharusnya menjawab jamrut katulistiwa, namun dijawaban tertuliskan jembrut katulistiwa. Tertawa dan tertawa sembari melepaskan ketegangan jari-jari, punggung dan pikiran setelah seharian duduk untuk berkaya demi 100 tahun yang akan datang.

Kaliurang, 22 Desember 2019

Previous Post

Nasib Bangsa Tanpa Ujian Nasional

Next Post

Kaji Ulang Penghapusan Ujian Nasional

Next Post

Kaji Ulang Penghapusan Ujian Nasional

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • About Us
  • Contact
  • Career
  • Privacy
  • Pedoman Media Siber
Menu
  • About Us
  • Contact
  • Career
  • Privacy
  • Pedoman Media Siber

2019-2024 © PT Mnews Media Startup Digital

 Tentang

Selengkapnya

Mnews.id hadir dengan visi Jurnalisme Positif sebagai ikhitiar untuk memberikan pengaruh positif dalam kehidupan homo digitalis, sehingga berdampak pula pada kehidupan sosial, ekonomi masyarakat

WA : 082135179993 |  Info@mnews.id
Messenger : m.me/mnewsjurnalismepositif

Home

Jelajah

Ruang

Profil

News
Trending
Showbiz
Pendidikan
Berdesa
Whizkul
Literasiku
Kesehatan
Cerita Pemilu
Hasil Polling