Semua

Dukun Pengganda Uang Bunuh 4 Orang, Jalani Pemeriksaan Psikologi

By Tuhu Prihantoro

November 24, 2021

Magelang MNews.id –  Penyidik Polres Magelang meminta bantuan ahli untuk melakukan pemeriksaan psikologi  terhadap IS (57), dukun pengganda uang asal Desa Sutopati, Kecamatan Kajoran. 

“Tujuannya, untuk mendalami kepribadian tersangka. Karena korban kekejaman IS empat orang. Mereka semua dibunuh dengan cara diracun,” kata Kapolres Magelang AKBP Mochammad Sajarod Zakun, Rabu (24/11/2021).

Penyidikan oleh Satreskrim Polres Magelang akan terus dilakukan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) yang berlaku, agar proses penyidikan efektif dan efisien. Sehingga diharapkan kasus ini bisa segera diselesaikan dan tersangka segera disidangkan.

Seperti diketahui, korban pembunuhan yang dilakukan IS, empat orang. Semua dibunuh dengan cara yang sama, yakni disuruh minum air bercampur apotas yang mengandung racun sianida. Motifnya, menguasai uang milik korban.

Korban pertama, Mu’arif  (52), warga Dusun Nepen, Desa Sutopati, Kamis malam (14/5/2020).  Dia percaya IS mampu melipatgandakan uang. Uang miliknya yang diserahkan untuk dilipatgandakan Rp 3 juta. Mu’arif diberi air dalam plastik yang diduga keras beracun, dan disuruh meminumnya sebelum sampai rumah.

Korban lainnya, dua orang sekaligus. Yakni Lasman (31) dan Wasdiyanto (38), keduanya warga Marongan, Sukomakmur, Kajoran, Rabu (10/11/2021). Uang yang diserahkan Rp 25 juta untuk dilipatgandakan.

Selain itu, tersangka juga membunuh Suroto (63),  warga Kelurahan Sumberrahayu, Kapanewon Moyudan, Kabupaten Sleman. Awalnya, korban bermaksud meminta tolong didoakan agar pisang di kebunnya tidak dicuri orang.

Tetapi IS malah curhat ingin pinjam Rp 10 juta. Oleh Suroto dipenuhi. Pada 2 Desember 2020 dia mengantarkan uang yang dikehendaki tersangka. Esoknya disuruh ke rumah IS lagi untuk mengambil “syarat” agar kebun pisangnya tidak dimasuki pencuri.

Hari berikutnya Suroto mengajak cucunya pada malam hari ke kebun pisang. Karena perintah tersangka tidak boleh ada yang tahu, cucunya disuruh menunggunya di luar kebun.

Karena lama tidak keluar, sang cucu menyusul ke dalam kebun.  Ternata korban ditemukan sudah tergeletak tidak bernyawa. Di dekat jenazah ada plastik bening berisi cairan.

Keluarga mengira kematian korban akibat angin duduk. Sehingga tidak dilaporkan polisi.