Magelang Mnews – Kehadiran Gerakan Literasi Nasional (GLN) di bawah naungan pemerintah akhirnya memantik kreativitas pemuda-pemudi desa Sokorini, Muntilan, Magelang untuk secara mandiri mengelola ekosistem literasi.
Hal itu dilakukan agar pendidikan literasi nasional yang sejatinya berakar dari masyarakat desa tidak hanya berbasis pada program-program dan anggaran saja.
Ahmad Pujianto dan Chandra Rahmadiani kini aktif menyuarakan literasi desa lewat berbagai gelaran yang turut melibatkan warga desa, yang dinamai Sokorini Sinau.
Sekretaris Sokorini Sinau, Chandra Rahmadiani, mengatakan bahwa gagasan tersebut berasal dari keresahan para pemuda desa setempat dalam menyikapi program yang digencarkan pemerintah, yakni gerakan literasi nasional.
Menurutnya, sejauh ini GLN telah menjadi program yang baik sehingga mampu menginspirasi dia dan rekan-rekannya untuk mewujudkan literasi nasional yang dimulai dari penegakan kesadaran untuk berliterasi di desa.
“Jadi dari mikro ke makro, ini yang belum ada di pemerintah (Kemendikbud, red). Bagaimana pondasinya mau kuat kalau langsung ke nasional, maka dari itu kami berusaha mengimbanginya dengan Sokorini Sinau ini,” kata dia.
Sejalan dengan itu, Ketua Sokorini Sinau Ahmad Pujianto, bersama pemuda desanya kemudian mulai merintis program literasi desa Sokorini Sinau.
Program ini, lanjut Ahmad, diharapkan mampu menjadi percontohan bagi desa-desa lainnya di Indonesia sehingga gerakan literasi nasional bisa tercapai secara bertahap dan maksimal.
“Selama ini, kan, hanya beberapa daerah saja yang benar-benar terlaksana programnya. Apalagi pulau Jawa, seolah jadi central pelaksana karena lokasinya yang dekat dengan pusat pemerintahan dan terjangkau. Sementara daerah-daerah lain yang belum tersentuh literasi desa, semakin tertinggal,” ujar Ahmad.
Untuk diketahui, Sokorini Sinau yang aktif sejak akhir 2019 ini bahkan telah mendapat dukungan dari pemerintah setempat. Berbagai kegiatan yang mendukung terlaksananya program literasi desa untuk menyokong gerakan literasi nasional pun telah digelar, seperti pesta anak Sokorini yang menampilkan kreativitas anak-anak desa literasi, Sokorini.
Setiap pekannya, terutama pada Minggu Wage dalam kalender Jawa, anak-anak desa literasi ini rutin berkumpul untuk mendengarkan Kakak-kakak relawan membacakan cerita, dongeng, atau sekadar meminjam buku.
Bukan anak-anak saja, bahkan para orangtua pun terlibat dalam kegiatan tersebut sehingga semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk gemar membaca.
Sokorini Sinau juga menjadi fasilitas belajar masyarakat. Ahmad menambahkan bahwa masyarakat mengaku terbantu dengan adanya gerakan literasi desa yang digagas Sokorini ini.
“Kehadiran Sokorini Sinau bukan hanya untuk mengedukasi anak-anak, tetapi juga para orangtuanya dan masyarakat sekitar sehingga mampu membaca masalah dan menyelesaikannya dengan solusi yang tepat. Termasuk juga untuk merembuk segala permasalahan desa,” ungkap Ahmad.
Keberhasilan gagasan literasi desa ini dicontohkan Ahmad atas kesuksesan salah seorang warga setempat, yang dengan semangat memanfaatkan program literasi desa Sokorini Sinau untuk membaca dan menjawab permasalahan yang dialami dalam aktivitasnya sebagai petani. Saat ini Sokorini Sinau telah memiliki taman baca dan ruang beraktivitas bagi anak-anak dan masyarakat setempat.