Magelang Mnews.id – Predikat Kota Magelang Layak Anak adalah babak baru bagaimana memanusiakan anak sebagai karunai Allah yang harus dijaga di asah, diasuh dan dikasihi sehingga tumbuh kembang secara optimal.
Penyediaan ruang publik bagi anak sebagai ruang ekspresi dan pengembangan alam pikirnya, tentu menjadi hal yang wajib dilakukan. Penataan ruang ekspresi bagi anak seperti taman bermain ruang baca harus juga masif dilakukan dari tingkatan RT, RW hingga kelurahan.
Untuk menata ini semua tentu bukan hal yang mudah, karena dibutuhkan keterlibatan semua pihak. Wulandari Wahyuningsih yang waktu itu 2015 menjabat sebagai Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP4KB) menceritakan Bapeda sebagai Ketua Gusus Tugas dan dibentuk kelembagannya dan lima klaster yang semua sudah terintegrasi.
Menurutnya, memang masih banyak kekurangan di sana sini, salah satunya belum ada pelatihan-pelatihan yang dilakukan di kecamatan, keluarahan dan sekolah. Selain itu juga belum ada puskesmas ramah anak. Inovasi itu baru ditingkatan Posyandu.
Dari hasil kerja keras tim dan semua pihak yang mendorong terbentuknya sebuah ekosistem Kota Layak Anak, akhirnya pada 2016 sudah membuahkan hasil. Dengan predikat KLA meski baru kategori madya.
”Penghargaan ini memotivasi seluruh pihak, bergerak bersama bagaimana meningkatkan kualitas KLA. Kami waktu itu melakukan berbagai inovasi salah satunya mulai ada pelayanan satu atap,”ujar Wulan.

Memang benar ya gaes, usaha dan kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil. Pada tahun 2017-2018 Kota Magelang mendapatkan Predikat Nindya hingga 2019. Perda perlindungan anak, pelatihan konvensi anak, dan anggaran untuk program ini sudah mulai terintegrasi.
”Pada tahun 2018 ada inovasi baru yaitu pusat Pembelajaran Keluarga atau disingkat Puspaga,”kata Wulan.
Selain itu mulai dicanangkan RW menuju layak anak, ditambah RT menuju layak anak. Sekitar 80% sekolah sudah menjadi sekolah menuju layak anak, dan mulai dicanangkan seluruh paud menjadi paud ramah anak oleh ketua tim penggerak PKK.
Ada juga APSAI (Asosiasi Pengusaha Sayang Anak), pada tahun ini sudah mulai tertata rapi dari SDM hingga adanya puskesmas ramah anak yang menjadi juara nasional.
“Kami berharap pada tahun 2020 ini Magelang mendapatkan predikat utama, sehingga pernikahan dini, angka kekerasan terhadap anak, dan KDRT berkurang.” Imbuhnya.
Namun untuk menuju predikat kategori utama menurutnya, masih banyak yang harus dibenahi yaitu angka kematian ibu melahirkan dan bayi harus berkurang. SDM yang benar-benar paham terhadap konvensi anak, baik di tingkat kota hingga para kader.
Selain itu harus ada integrasi di semua kegiatan antara pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan media. Empat pilar tersebut harus dilibatkan, sehingga semua dapat berperan dengan baik.
Sebagai bentuk kepedulian mnews.id terhadap pengarusutamaan hak anak dan mendorong Kota Magelang lebih baik lagi dalam pencapaian perwujudan Kota Layak Anak akan menyelenggarakan survei online yang dilakukan oleh tim M Research.
CEO Mnews.id, Sholahuddin al-Ahmed, mengatakan survei online pengarusutamaan hak anak sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi pemerintah dan seluruh pemangku kebijakan KLA. Opini dari masyarakat tentang KLA cukup penting sebagai masukan dan usulan bagaimana baiknya untuk menjadikan KLA yang hadir di rasakan oleh masyarakat.
Dalam melakukan survei KLA, lanjut dia, M Research menggandeng Rumah Belajar Cerdas yang merupakan bagian penggerak terhadap pengarusutamaan kemerdekaan belajar pada anak. Apapun hasilnya dari pendapat masyarakat itu menjadi sebuah opini positif bagi semua pihak untuk terus berbenah dan lebih baik.
Survei akan diluncurkan bersamaan dengan peringatan hari valentin 14 Februari 2020. Menurut Sholah, hari valentin adalah hari kasih sayang dimaksudkan untuk lebih menyayangi anak-anak dan keluarga.
”Momentnya tepat ini berbarengan dengan hari kasih sayang, bagaimana mana mengemas dan memaknai perayaan valentin dengan cara yang berbeda yaitu lebih mencintai dan menyayangi anak-anak yang sesungguhnya,”ujarnya.
Penanggungjawab Survei KLA, Arif Winarko, mengatakan aspirasi masyarakat sebagai pihak yang terdampak dan pelaku gerakan pengarusutamaan hak anak membutuhkan ruang untuk menilai. Survei ini hadir sebagai ruang bagi mereka untuk memberikan penilaian dan masukan bagi pemangku kebijakan.
”Apalagi Kota Magelang juga menargetkan predikat Utama, ini tentu juga tugas berat yang harus digotong bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Hadirnya kami juga sebagai bentuk keterlibatan media dalam visi KLA,”katanya.
Menurutnya, untuk mewujudkan senergi antara pemerintah, dunia usaha, masyarakat dan media dibutuhkan kreativitas dan inovasi yang baru bagaimana semua bergerak dalam menyukseskan adanya KLA. Sementara ini keterlibatan dunia usaha dalam pengarusutamaan ramah anak masih belum tampak, maka perlu didorong bersama-sama untuk bergerak.