Magelang MNews.id – Jumlah anak balita yang menderita stunting di Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, cukup tinggi. Tercatat 726 anak balita yang perkembangan dan pertumbuhan fisiknya di bawah standar.
“Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak itu akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang,” kata Bupati Zaenal Arifin, Selasa (24/1/2023).
Menurut Camat Windusari, Tito Lestianto, setelah didata kembali, dalamJanuari 2023 jumlah penderita stunting turun menjadi 505 anak balita.
“Khusus desa Wonoroto semula 53 anak balita, turun menjadi 31,” katanya.
Upaya yang ditempuh antara lain koordinasi dengan membuat komitmen dengan para kader untuk menurunkan angka stunting di wilayah Windusari.
Diakuinya, penyebab tingginya angka stunting yakni terjadinya pernikahan usia dini, pola asuh terhadap anak yang masih kurang tepat. Anak diberikan asupan gizi/makanan yang kurang sesuai.
Kemudian kurangnya perhatian kepada anak karena orang tua harus bekerja di sawah/ladang serta kurangnya pemahaman terkait pemberian ASI eksklusif dari para ibu.
Karena itu Pemerintah Kecamatan Windusari meluncur Gerakan ‘Gerbang Sulur Sewindu’ yaitu gerbang sebagai pintu masuk menuntaskan angka stunting. Kemudian Sulur adalah pemberian satu telur terhadap anak-anak yang mengalami stunting. Sewindu singkatan dari se-Kecamatan Windusari yang terdiri dari 20 desa.
“Jadi seluruh Desa di Windusari melakukan gerakan Gerbang Sulur Sewindu’ ini,” katanya.
Usai Pencanangan Kampung KB dan Kampung Sejahtera di Desa Wonoroto, Bupati Magelang Zaenal Arifin menegaskan, perlunya dilakukan upaya percepatan penurunan stunting.
“Kepada para orang tua hendaknya selalu memberikan asupan gizi dan nutrisi yang baik kepada putra putrinya, minimal dengan mengkonsumsi satu butir telur setiap hari,” katanya.
Ia juga terus mendorong masyarakat agar tidak melakukan pernikahan pada usia dini. Pertimbangannya secara mental dan fisik pada calon orang tua masih belum siap.
Minimal pernikahan itu seharusnya dilakukan diatas umur 19 tahun. Apabila belum diatas 19 tahun dikhawatirkan secara mental dan fisik, belum siap.
Kepala Desa Wonoroto, Abdul Kholiq, mengemukakan, desanya telah memiliki fasilitas Dapur Umum dan Perpustakaan Desa untuk menunjang literasi.
“Tahun 2022, terjadi enam pernikahan dini. Kami terus berupaya untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak melakukan pernikahan pada usia dini,” katanya.