Semarang mnews.id – Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah, Amir Macmud NS, menyatakan, media arus utama, dengan produk jurnalistik yang verifikatif, harus terpanggil untuk menjaga hakikat keberagaman dan kebhinekaan. Mekanisme jurnalistik dengan mengunggah informasi yang akuntabel melalui disiplin verifikasi, merupakan standar yang harus dipatuhi.
Kolaborasi antara media arus utama dengan media sosial (medsos) merupakan keniscayaan, apabila yang diorientasikan adalah tujuan-tujuan dari dan untuk rakyat.
“Media arus utama punya kewajiban untuk memberikan penjernihan terhadap hal-hal yang meragukan atau berkecenderungan merupakan penyebaran informasi bohong,” kata Amir Machmud dalam pernyataan sikap akhir 2019 dan proyeksi 2020 PWI Provinsi Jateng, di Semarang, Selasa (24/12).
Menurut dia, media akan terus menjadi elemen penting penjaga keberagaman, karena pesan yang disampaikan bisa memberi pengaruh opini publik. Media punya tanggung jawab moral sebagai penyeimbang dan penjernih berbagai bentuk informasi yang bertendensi melukai dan memecah keberagaman bangsa.
“Masa-masa Pilpres 2019 secara psikologis melelahkan, ketika berserakan informasi dan opini, termasuk kabar-kabar bohong yang dikembangkan melalui medsos,” tuturnya.
Bahkan hingga sekarang pernak-pernik politik aliran terasa masih mengemuka. Banyak muncul impulsi kekurangbijakan dalam beropini, bahkan tidak jarang cenderung mengeksploitasi perbedaan, dan hal itu terdukung oleh aneka postingan melalui medsos.
Praktik berjurnalistik dan bermedia, bisa secara proaktif mengetengahkan inspirasi dan keteladanan melalui pernyataan-pernyataan para tokoh dengan muatan sikap kenegarawanan.
Melalui model pengisian ruang pemberitaan seperti itu, media bisa berkontribusi dalam memberi warna lima tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma’ruf Amin, tanpa kehilangan sikap kritis sesuai dengan fungsi pers dalam menjalankan kontrol sosial.
Amir Machmud mengatakan, memberi warna dalam berkontribusi, tidak harus diartikan mereduksi fungsi-fungsi pers dalam menyampaikan informasi, memberi pendidikan, memberi hiburan dan menjalankan kontrol sosial. Independensi jangan hanya diartikan sebagai sikap memberi jarak yang sama terhadap berbagai kepentingan politik ekonomi. Tetapi juga dimaknai sebagai keberanian memilih menginformasikan atau tidak menginformasikan pernyataan, atau berbagai hal dengan segala pertimbangan kemaslahatan bersama.
Secara internal kewartawanan dan media, menurut dia, realitas kehidupan perusahaan media sekarang membutuhkan solidaritas profesi untuk bersama-sama mencari peluang-peluang pengembangan survivalitas, agar tetap bisa mewujudkan idealisme pemberitaan menuju perjuangan kemanusiaan dan rasa keadilan.
Solidaritas itu bisa diwujudkan dalam bentuk kolaborasi media-media dalam memperkuat pelatihan-pelatihan, bukan hanya yang terkait dengan peningkatan profesionalitas kewartawanan, tetapi juga jiwa enterpreneurship.
“Kita harus memperkuat profesionalitas dan kemartabatan dunia kewartawanan, antara lain melalui sinergi-sinergi strategis dengan para mitra kerja. Kita membuka PWI sebagai rumah bersama, untuk memikirkan, mengonsep dan memberi solusi menuju survivalitas itu,” katanya.
Ia mengatakan, PWI Provinsi Jateng juga akan terus bahu membahu bersinergi dengan PWI Pusat dalam mewujudkan mimpi-mimpi membawa para anggotanya menuju profesionalitas dan kemartabatan profesi.
Sebagai bagian dari struktur organisasi, Jateng mendukung sepenuhnya langkah-langkah PWI Pusat dalam mengembangkan kompetensi kewartawanan melalui program-program pendidikan dan penegakan etika jurnalistik menuju profesionalisme yang komprehensif.