Magelang Mnews.id – Seniman sekaligus koreografer asal Borobudur, Lukman Fauzi atau yang dikenal dengan nama Lbro, tampil sebagai Direktur Koreografer dalam pertunjukan sendratari “Divine Ecstasy Dewi Malam” yang akan digelar pada Borobudur Moon 2025, 7 Oktober 2025 mendatang di Taman Marga Utama, Candi Borobudur. Lukman dikenal sebagai seniman yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap relief Candi Borobudur dan menjadikannya sumber inspirasi dalam penciptaan karya-karya tari yang sarat makna filosofis dan historis.
Dalam karya ini, Lukman berupaya menghadirkan keindahan dan kedalaman spiritual relief Borobudur ke dalam bentuk tari yang hidup, dinamis, dan penuh refleksi. “Relief tidak hanya batu, tapi ini ilmu pengetahuan, sains, engineering, dan banyak hal yang bisa dieksplorasi. Kami mencoba untuk membuat cerita dari relief ini menjadi sebuah karya tari,” ujarnya. Ia menambahkan, setiap adegan dan gerak dalam Divine Ecstasy Dewi Malam merupakan hasil perenungan atas simbol-simbol yang terpahat di dinding Candi Borobudur, diterjemahkan ke dalam bahasa tubuh yang komunikatif dan penuh energi spiritual.
Sebagai lulusan Jurusan Tari ISI Yogyakarta, Lukman telah menciptakan sejumlah karya penting seperti Tari Lathi, Bebegi Pipit SiLN di Makassar, Tari Kolosal Topeng Ireng bersama Dji Sam Soe, Adeging Demak Bintoro di Lamongan, Tari Ganesha Banon, Maitribala, hingga Maitrakanyaka. Ia juga dikenal melalui Ritus Larung Bathara Kalaras—sebuah karya tari dengan pendekatan koreografi lingkungan yang kuat. Kiprahnya sebagai ketua Paguyuban Kesenian Rakyat Bhumi Sambhara Budhara (2005–2010) dan penggagas Festival Menoreh I–IV turut memperlihatkan dedikasinya terhadap pelestarian seni di kawasan Borobudur. Simak ulasang Divine Ecstasy Dewi Malam di KKSB.ORG.
Lukman juga aktif menjadi juri di berbagai kejuaraan tari dalam dan luar negeri, serta menjadi narasumber dalam seminar budaya desa dan workshop narasi relief Candi Borobudur berbasis Sutra. Dengan pengalaman dan kedalaman risetnya, keterlibatan Lukman dalam Divine Ecstasy Dewi Malam diyakini akan memperkuat konsep koreografi yang berpadu antara estetika, sejarah, dan spiritualitas.
Melalui tangan kreatifnya, Divine Ecstasy Dewi Malam bukan sekadar pertunjukan tari, melainkan sebuah “ritual” artistik yang menghidupkan kembali pesan-pesan luhur yang tersimpan di relief Borobudur—sebuah upaya Lukman Fauzi untuk menjembatani antara masa lalu dan masa kini melalui bahasa tubuh yang