Bung Karno berpesan dalam pidatonya “ ribuan orang tua hanya bisa bermimpi, namun satu orang pemuda bisa mengubah dunia”. Kalimat pesan yang menggelitik perlu diserap pemerintah dalam menginput generasi penerus bangsa yang baik. Hal ini, bisa dilakukan dengan mempersiapkan generasi yang berkarakter. Pemerintah tidak boleh fokus terhadap persoalan yang bersifat interen.
Namun, dunia pendidikan perlu juga diperhatikan. Karakter anak bangsa menjamin kemajuan bangsa yang berkemajuan. Pemerintah harus memutar otak seratus delapan puluh derajat. Pendidikan karakter tidak boleh diabaikan hanya karena ingin mengejar kemajuan bangsa. Kemajuan pendidikan juga ditentukan oleh guru sebagai teladan bagi anak-anak bangsa ini.
“Ing ngarso sung tulodo ing madyo mangun karso” semboyan Ki Hajar Dewantara untuk semua guru. Hal ini, berbeda terbalik dengan keadaan guru saat ini yang selalu menuntut kekuatan idealismenya dibanding kekuatan kinerja. Terbukti setiap ada perlombaan guru berprestasi baik tingkat kota/ kabupaten maupun provinsi lebih didominasi guru-guru non PNS. Guru-guru non PNS cenderung mengabdi untuk kemajuan anak-anak peserta didik yang bermutu untuk kemajuan bangsa.
Sedangkan guru PNS terkadang banyak yang hanya mengabdi untuk kepentingan pribadi yang sebenarnya tidak berarti. Bukan soal mudah mengabdi menjadi guru yang bisa menerapkan semboyan Ki Hajar Dewantara. Guru tidaklah soal status PNS maupun Non PNS, akan tetapi guru adalah tolak ukur dimana generasi penerus bangsa ditentukan oleh kinerja para guru. Tidak hanya guru, pemerintah pastinya berperan sangat vital terhadap pencetak generasi penerus bangsa dengan mengapresiasi kinerja para guru.
Bukan malah memperkeruh keadaan dengan membeda-bedakan status tanpa melihat kinerja yang sesungguhnya berbeda. Bukan memberikan statmen yang semakin memberatkan bahkan menyudutkan salah satu stasus guru. Guru tetap berbaju sama yang tujuannya sama mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa berfikir itu guru PNS dan Non PNS.
permasalahnDunia pendidikan kembali menduduki tempat viral di media siosial setelah dipimpin pak Nadiem Makarim. Bukan karena menteri muda, namun keberaniannya merubah system pendidikan bukannya tanpa alasan.
Alasan utama terfokus ujian nasional yang dirasa merupakan bentuk kemalasan bangsa dalam menciptakan generasi penerus bangsa. Bangsa ini membetuhkan perubahan mencipta bukan menghafal, bahkan bukan memperoleh nilai. Nilai bukanlah segalanya, namun penciptaan sebuah karya anak bangsa yang utama. Hal ini terbukti Negara-negara maju seperti Firlandia, Korea, Jepang tidak menerapkan ujian nasional kepada anak-anak sekolah. Namun, mereka menerapkan sistem mencipta sebuah karya yang bermanfaat untuk kemajuan dan perubahan bangsa. “UN masih didominasi dengan level rendah tingkat kognitifnya. Maka dibutuhkan konten yang ke arah level kognitif lebih tinggi,” tutur Totok
“Bagaimana arah dan strategi dari asesmen kompetensi minimum sebagai pengganti Ujian Nasional (UN). Bukan soal penghapusan UN-nya”. Pernyataan itu menegaskan bagaimana membuat anak menjadi rajin belajar dan memberikan penjelasan bahwa belajar itu adalah sebuah perjalanan panjang. Tidak boleh hanya pada pengganti Ujian Nasional (UN).
Kekhawatiran dan kesenangan siswa kembali dikoyak dengan berita tentang hilangnya ujian nasional. Disisi lain ada siswa yang senang namun, disisi yang lain ada yang khawatir. Kesenngan pasti tentu, karena dirasa ujian nasioanal membertkan siswa. Keinginan ujian nasional dihilangkan sudah menjadi polemic pemerintah-pemerintah sebelumnya. Akan tetapi ada kekawatiran yang berfikir itu hanya ganti nama saja. Jika benar ujian nasional dihilangkan bakal tentu persiapan yang dilakukan pemerintah harus lebih matang.
Fungsi sekolah salah satunya adalah membangun peradaban manusia yang berilmu. Ilmu pengetahuan diperoleh tidak hanya dari guru ketika mengajar. Namun, pemerolehan ilmu bisa dilakukan anak melalui pembelajaran menggunakan IT. Penggunaan IT digagas pemerintah guna mentrasfer ilmu secara mudah. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang kegiatan ini bisa dilakukan dan tidak dilakukan. Sarana menjadi tolak ukur utama terselenggarannya pembelajaran berbasis IT disekolah-sekolah.
Namun hal ini tidak akan terjadi jika sekolah tersebut berada dijangkauan yang tidak sesuai. Perlu kerja keras untuk memberikan pembelajaran dengan menggunakan IT karena minimnya akses. Oleh karena itu, pemerintah setidaknya memberikan akses yang memadai di tingkat sekolah pinggiran.
Sekolah bukan berarti tempat satu-satunya belajar anak. Anak dilahirkan untuk dididik menjadi anak yang baik. Peran orang tua menjadi parameter terbaik untuk menjadikan anak lebih baik. Parameternya kelak anak yang dididik tidak hanya cerdas dalam ilmu dunia namun juga akhirat. Pendidikan dari orang tua dibutuhkan anak, kasih sayang perlu diimplementasikan dalam bentuk tindakan bukan ucapan. Peran orang tua tidak hanya mendidik di rumah, namun juga memilih sekolah yang dianggap mampu memberikan perubahan yang baik. Sekolah yang professional menawarkan pendidikan yang baik sekalipun sekolah tersebut mahal.
Sekolah mahal tentunya memberikan pelayanan yang maksimal. Pelayanan dari pembelajarannya maupun sarana prasarananya. Sarana menjadi tolak ukur kemajuan pendidikan di sekolah. Tanpa sarana yang memadai sekolah tersebut tidak akan maju. Oleh karena itu, berikan yang terbaik untuk anak-anak bangsa ini dalam menuntut ilmu. Sekalipun sekolah itu terkesan mahal, namun akan seimbang dengan dukungan sarana yang baik. Sekolah yang baik tentunya tidak sulit mencariinya. Media sosial menjadi sarana penting dalam mencari sekolah-sekolah yang baik.
Internet bisa diakses dimanapun manusia sekarang berada. Sehingga, tidak sulit para orang tua untuk memanfaatkannya sebagai upaya perbaikan terhadap pendidikan anak. Tidak hanya orang tua, siswa pun dapat dengan mudah memperoleh ilmu lewat internet. Pembatasan yang dilakukan orang tua juga harus mengimbangi kemajuan anak. Oleh karena itu, wujudkan pendidikan anak baik di rumah, sekolah, dan lingkungan dengan pendidikan yang berkarakter. Hal ini, dilakukan untuk menghadapi kebijakan baru kemendikbud yang akan dilaksanakan tahun ini.
Kaliurang, 22 Desember 2019