Resolusi 2020

Menjadi yang Tak Terkalahkan

By Zulfa Salsabila

January 02, 2020

Menjadi yang Tak Terkalahkan

 

Angin sepoi-sepoi menghampiriku dengan gagahnya. Dedaunan berjatuhan layaknya air yang mengalir. Aku yang duduk termenung dibawah pohon rindang saat itu, memikirkan bagaimana kehidupanku esok hari.  Aku yang tanpa sadar mengetahui bahwa hari inilah akhir tahun, bahwa hari inilah terakhir kutuliskan 2019, bahwa hari inilah mereka merayakan pesta. Tapi, akupun juga menyadari bahwa cepat sekali tahun gemilangku berakhir. Lalu dengan cepatnya pikiran bahwa harus lebih baik dari tahun sebelumnya, ya! memang seharusnya begitu. 

 

31 Desember 2019, hari dimana semua orang bersuka cita atas lahirnya tahun baru. Bagaimana bisa mereka merayakan itu? Apakah mereka sudah tahu bagaimana caranya mereka lebih baik daripada tahun sebelumnya?. Sebagian orang merayakan tanpa mereka menyadari bahwa mereka tidak mempunyai rencana apapun pada tahun 2020 ini. Aku yang saat itu terduduk diam, merencanakan bagaimana rencanaku untuk menggapai cita ditahun 2020. Keinginanku kata mereka bukan hal yang mudah, kata mereka aku tidak mungkin dapat meraihnya, aku dianggap remeh oleh mereka. Tapi hal tersebut malah membuatku tambah bersemangat. Aku akan membuktikan bahwa perkataan mereka salah, perkataan mereka tidak mempan untuk membuatku terjatuh, akan kubungkam semua omong kosong mereka.

 

Dengan pd-nya aku menuliskan semua keinginanku. Kuukir cita ku di selembar kertas menggunakan tinta hitam yang pekat. Kutulis dengan hati yang sungguh serta yakin bahwa semua akan terkabul. Bicara tentang keinginan, keinginan terbesarku adalah menjadi seorang dokter. Seorang dokter yang tekun nan berani. Bagaimana bisa kamu menjadi dokter sedangkan kehidupanmu pas-pas an seperti itu? Kata seseorang. Bagaimana bisa kamu seperti itu jika otakmu saja hanya setinggi mata kakimu? Kata seorang lainnya. Ya! Aku memanglah tergolong orang sederhana, aku bukan seperti teman-teman yang semua keinginannya dapat terkabul hanya dengan sentuhan satu jari. Tapi itu bukanlah hal yang harus dibesar-besarkan. Kata orang semua hal harus menggunakan uang, tapi kataku kita harus menggunakan akal untuk mendapatkan sesuatu dan uang.

 

Sejak saat itu tekad untuk menggapai cita mulai merasuk ke raga ini. Berjanji mulai saat itu membalas omong kosong mereka dengan sebuah hasil. Dengan tekad yang kubuat, aku yang saat itu sedang bermalas-malasan menikmati indahnya senja mulai membuka dunia dan mengelilinginya. Belajar, latihan, belajar latihan adalah kuncinya, tapi tak lupa ibadah serta doa merupakan pembuka jalannya.

 

Awal tahun ini kutekadkan menjadi lebih baik. Aku bangun sebelum sang fajar menyapa dunia, melaksanakan 2 rakaat atas perintah-Nya setelah itu berlari sambil menyapa selayaknya. Kata sebagian orang mereka ingin menjadi lebih baik, tetapi kebanyakan mereka lelah dalam bersuka cita hingga lupa akan pencipta. Banyak orang tidak melaksanakan selayaknya apa yang sudah diperintahkan. Sungguh sangat disayangkan. Dengan begitu aku merasakan telah mengalahkan beribu pesaingku karena mereka melupakan bahwa doa serta ibadah adalah sebuah pembuka jalan.

 

Air dingin menyentuhku dengan derasnya. Tidak lupa sarapan dan melanjutkan apa yang sudah di rencanakan. Kubuka sang jendela dunia, dengan perlahan kupahami semua yang dibicarakannya. Siapa sangka jalan yang kutempuh mulai terbuka. Sejak saat itu keyakinan bahwa keinginanku dapat terkabul mulai membara.