Magelang Mnews.id – Mahasiswa STAI Al Husain Magelang optimasi zine untuk mengembangkan kreativitas anak.
Ide cemerlang Mahasiswa STAI Al Husain Magelang ini perlu kita apresiasi. Saat pendampingan di Taman Baca Masyarakat Petung Ombo, Ngepanrejo, Bandongan, Kabupaten Magelang, Minggu (17/10/2021).
Mereka adalah Sofian Sauri , Khusniyatu Zuhro dan Nana Uswatun Chasanati yang merupakan mahasiswa STIA AL Husain Subbnul Wathon Magelang Program Studi Manajemen Pendidikan Islam. Pasca Pengabdian masyarakat (KKN), mereka bertiga masih aktif melakukan pendampingan kegiatan di taman baca masyarakat Petung Ombo tersebut. Setiap hari minggu mereka meluangkan waktu untuk melakukan pendampingan.
“Kami berharap supaya taman baca tersebut bukan hanya sekedar untuk tempat membaca saja , namun menjadi sentra diskusi pemuda, berkegiatan dan menuangkan ide-ide.” Jelas sofian.
Kali ini mereka bertiga mengenalkan dan mengajari seni publikasi alternatif yaitu “zine” untuk mengembangkan kreatifitas anak-anak Dusun Petung Ombo. Salah satu dari mahasiswa tersebut yang bernama Sofian Sauri ternyata merupakan founder zine, yang ia beri nama jig zine (@jigzine) dan zine tersebut memang fokus untuk edukasi .
Dia mengatakan,“zine” berasal dari kata fanzine yang merupakan singkatan dari fan magazine atau majalah.
“Zine merupakan media publikasi karya perpaduan antara gambar dan tulisan. Dalam membuat zine tidak ada sebuah aturan baku dan batasan, siapapun bisa membuatnya dengan sesuka hati,” kata mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan Islam tersebut.
Sofian mengungkapkan, untuk membuat zine tidak terlalu sulit. zine bisa dibuat dari koran/majalah bekas yang memuat gambar/informasi sesuai fokus zine si pembuat.
“Nah potongan koran/majalah tersebut lalu di potong dan ditempelkan seperti kliping kemudian bisa diperbanyak menggunakan alat bantu mesin fotocopy. Atau membuat zine dengan secara manual menggunakan bolpoin atau pensil untuk membuat sebuah gambar atau tulisan dan bisa ditambahkan warna sesuai keinginan menggunakan pensil warna, spidol atau crayon,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu zine banyak dibuat secara modern dengan bantuan piranti komputer dan piranti lunak seperti aplikasi spreadshare, design graphic dan lainnya. Sehingga, lanjutnya mampu menghasilkan dalam bentuk softfile kemudian dicetak dan diperbanyak menggunakan printer .
Menurutnya, zine selama ini masih dianggap sebagai media publikasi alternatif yang miring, dan tidak bertanggung jawab.
“Sebagai mahasiswa seharusnya lebih kreatif dan mampu membuat keseimbangan dalam memberikan pemahaman yang utuh kepada publik. Hal ini supaya khalayak umum tidak lagi menganggap miring zine, padahal jika anak-anak diajari membuat zine yang edukatif , mereka akan belajar menuangkan Imajinasi dalam menulis, memvisualisasikan dan mendeskripsikan suatu gambar.” paparnya.
Oleh karena itu, kata dia kebanyakan selama ini zine yang kita temui memuat kritik-kritik pedas, untuk menuangkan kekesalan hati dan sebagainya, namun jarang sekali kita menjumpai zine yang memuat edukasi atau zine dioptimasi dalam kegiatan yang lebih edukatif.