Magelang Mnews.id – Bencana wabah Covid-19 langsung memberi dampak pada sektor informal. Salah satunya adalah pelaku usaha kuliner di Kota Magelang.
Berdasarkan data dari Dinas Perdangan Kota Magelang diperkirakan mengalami penurunan omzet 70-80 persen. Terlebih pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang bergerak dibidang kuliner sangat merasakan sepi sejak adanya wabah Covid-19.
“Semua sektor terkena dampaknya, terlebih sektor informal. Yang tampak jika diamati pedagang di pasar, warung dan pelaku usaha di pusat-pusat kuliner,”kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Magelang Catur Budi Fajar Sumarmo.
Untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar pada pedagang kuliner/pedagang kaki lima, pihaknya membuat simulasi penutupan sementara 13 titik lokasi pusat kuliner mulai per 1 hingga 5 April.
Keputusan itu tertuang dalam Surat Edaran (SE) Kepala Dinas Perdagangan Kota Magelang Nomor 511.3/556/260 tanggal 30 Maret 2020.
Selama empat hari terhitung mulai 1-4 April 2020, semua pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di berbagai pusat kuliner di Kota Magelang tutup. Usaha kuliner buka lagi pada 5 April 2020.
Penutupan itu juga bertujuan memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Penutupan itu juga atas permintaan pelaku usaha yang selama dua pekan terakhir terus merugi akibat sepinya warga yang berkunjung ke tempat-tempat kuliner.
‘’Mereka sepakat libur untuk membantu pemerintah memutus rantai penyebaran virus corona. Selama empat hari tutup digunakan kerja bakti membersihkan tempat mereka berjualan,’’ kata Catur mengutip penjelasan para PKL.
Apalagi jalan protokol menuju dalam kota juga ditutup sehingga para pelaku usaha kuliner itu akan bertambah sepi. Kendaraan dari luar kota hampir dipastikan tidak mengambah lagi pusat-pusat kuliner di tengah kota.
“Tapi kami tidak menutup pasar-pasar tradisonal karena kebutuhan harian masyarakat bisa dipenuhi di situ. Meski sebagian warga di rumah tapi sebagian warga ada yang tetap berbelanja ke pasar,”katanya.
Ketua Paguyuban Pusat Kuliner Tuin Van Java, Sugiarto menuturkan, dampak dari virus corona banyak pedagang yang meliburkan diri tidak berjualan, mengingat tingkat kunjungan menurun drastis.
‘’Siang hari masih mendingan, sekitar 50-an persen yang jualan dari total sekitar 71 pedagang. Pada malam hari lebih sepi lagi, karena yang jualan hanya 20-30 persen dari total 71 pedagang,’’ tuturnya.
Dia menjelaskan, pedagang memilih tidak berjualan karena penghasilan yang diperoleh lebih kecil dari pengeluaran.
‘’Banyak yang tidak balik modal harian, sehingga memilih tutup saja. Ada yang masih bertahan, karena memang menggantungkan hidupnya di TVJ ini,’’ ujarnya.
Sugiarto berharap. virus korona segera musnah, sehingga aktivitas jual beli bisa kembali normal dan pedagang bisa meraih keuntungan lagi