Magelang Mnews.id – Presidensi Government Group 20 (G20) Indonesia 2022 memprioritaskan transisi energi berkelanjutan sebagai salah satu isu utama yang harus ditindaklanjuti secara global dan kolektif.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, Pertamina mengambil aksi nyata dengan terus fokus menjalankan 8 (delapan) inisiatif strategis demi meningkatkan ketersediaan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Chief Executive Officer (CEO) Pertamina New and Renewable Energy (PNRE) Dannif Danusaputro menjelaskan Pertamina saat ini telah menugaskan Subholding PNRE mengimplementasikan agenda strategis Pertamina untuk mencapai target bauran energi dengan mencapai 31 persen EBT pada tahun 2030.
Langkah-langkah tersebut semakin kuat dengan hadirnya dukungan global yang disuarakan dalam Task Force Energy, Sustainable & Climate B20 dalam serangkaian pertemuan dan aksinya untuk menyuarakan aspirasi berbagai segmen termasuk pelaku industri.
“Pertamina bertekad untuk mempercepat seluruh program green energy transition, khususnya 8 insiatif yang sudah dijalankan dari hulu hingga hilir,” ujar Dannif Kamis, (24/3/2022)
Menurut Dannif, inisiatif strategis yang terus dilakukan Pertamina, seperti merealisasikan target pengembangan energi bersih sebesar 10 gigawatt (GW) hingga 2026.
Selain itu mengembangkan proyek carbon capture utilization and storage (CCUS) seperti di Lapangan Sukowati dan Gundih, melanjutkan mekanisme pembangunan energi bersih di operasi panas bumi, mengembangkan konsep green energy station/GES, yaitu SPBU dengan konsep hijau, menggunakan PLTS sebagai sumber energi listrik, masa depan, digital, dan bahan bakar lebih ramah lingkungan, serta memasang panel surya dengan kapasitas total 500 MW hingga 2030 untuk penggunaan daya internal di seluruh wilayah operasi Pertamina Group.
Pertamina, lanjutnya terus memastikan akan menjadi terdepan dalam mendukung kebijakan Pemerintah yang menargetkan penurunan emisi sebesar 29% pada tahun 2030.
Di sektor energi, pemerintah menargetkan mengurangi emisi sebanyak 314 juta ton setara CO2 (tCO2e) pada tahun 2030. Untuk dapat memberikan hasil yang signifikan dalam memitigasi perubahan iklim, maka dengan pola bisnis seperti saat ini, sektor Migas secara global harus mengurangi emisi setidaknya 3,5 gigaton setara karbon dioksida (GtCO2e) per tahun pada tahun 2050.
“Langkah ini sejalan dengan tema presidensi tahun ini yakni recover together recover stronger dengan isu prioritas utama yang memerlukan tindakan kolektif secara global, yakni mengenai arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan, serta transformasi digital dan ekonomi,” pungkas Dannif.