Magelang MNews.id – Puluhan ribu anak di Kabupaten Magelang tidak sekolah alias putus sekolah. Unicef atau Dana Anak Perserikatan Bangsa – bangsa mengharapkan mereka bisa kembali bersekolah.
“Kondisi ini menjadi perhatian UNICEF utamanya Out Of School Children (OOSC) Jawa Tengah,” kata M Taufik Hidayat Yahya, Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Magelang, Selasa (28/3/2023).
Sosialisasi Dan Advokasi Penanganan Anak Tidak Sekolah (P-ATS), diungkapkan, upaya yang dilakukan Pemkab Magelang agar 21.440 anak putus sekolah itu bisa kembali bersekolah.
Pada 2023 berupa piloting projek program P-ATS di Desa Banyusidi Kecamatan Pakis, Desa Sambeng dan Desa Kembanglimus Kecamatan Borobudur, serta Desa Kalisalak Kecamatan Salaman.
Tahun ini akan mereplikasi program penanganan anak tidak sekolah di 27 desa yang merupakan desa binaan dari OPD di Kabupaten Magelang. Kemudian delapan desa lagi, yang merupakan program KKN UNTIDAR Magelang.
“Mereka (mahasiswa KKN) akan membantu memfalidasi data kaitannya dengan anak tidak sekolah,” kata Taufik.
Diharapkan pada 2024 anak putus sekolah nihil. Walaupun berdasarkan pengalaman, cukup sulit. Penyebabnya beragam faktor.
Karena itu Pemkab Magelang terus mendorong, utamanya Desa, agar lebih memahami dan mendalami program penanganan anak tidak sekolah.
Sementara itu PIC P-ATS Kabupaten Magelang, Eko Triyono, mengemukakan, masalah anak tidak sekolah bisa disebabkan antara lain masalah ekonomi dan pernikahan anak usia dini.
“Coba di cek di beberapa sekolah, khusus yang putri begitu lulus SMP mungkin sudah banyak yang mengantre untuk menikahi. Belum lagi masalah keterbatasan ekonomi orang tuanya, maka ini menjadi penting untuk diperhatikan,” katanya.
Kegiatan Sosialisasi Dan Advokasi Penanganan Anak Tidak Sekolah ini, merupakan rangkaian kegiatan, yang akan dilaunching Mei 2023.
“Sehingga akan menjadi suatu gerakan serentak, penanganan anak tidak sekolah dengan tagline; Gumregah Bunga/Magelang Gumregah Bali Mlebu Ning Sekolah,” kata Taufik.