Magelang mnews.id – Untuk mencegah pekerja pada anak sebanyak 100 anak Lereng Gunung Merapi Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang dilatih life skill.
Mereka mendapat pendampingan dari Sanggar Bangun Budaya (SBB) Desa Sumber dalam program pengurangan pekerja anak dan pendampingan anak putus sekokah di desa yang berjarak hanya 10 Km dari puncak Gunung Merapi itu.
Program yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak Kementerian Ketenagakerjaan RI kerjasama dengan Yayasan SAMIN (Sekretariat Anak Merdeka Indonesia) Yogyakarta dan Sanggar Bangun Budaya (SBB). Program itu dilaksanakan sejak bulan November hingga Desember 2019.
Kegiatan ini menjadi peluang bagi anak putus sekolah untuk mendapatkan akses pendidikan dan life skill.
”Program ini sangat bermanfaat bagi Sanggar Bangun Budaya terutama bagi kami untuk terlibat menemukan 100 anak rentan dan bekerja,” ujar Untung pelaku seni dan pengelola SBB di (15/12) kepada Mnews.id.
Dalam program selama 2 bulan, pihaknya mencari dan mengumpulkan anak untuk diikutkan dalam program kreatifitas seperti pelatihan bahasa, pelatihan seni dan pelatihan kopi.
Menurutnya ini adalah pelatihan life skill menyiapkan talent untuk nantinya siap terjun ke dunia kerja. Program ini mendukung visi menyiapkan sumber daya unggul di era industri 4.0 saat ini.
Selama ini, lanjut Untung, banyak anak di wilayahnya terpaksa putus sekolah karena harus turut menopang ekonomi keluarga. Bekerja sebagai penambang pasir, di ladang atau beternak.
”Mereka kurang mendapatkan akses pendidikan. Terlebih dalam mengasah life skill di era kekinian. Dengan program ini mereka disiapkan menjadi talent dibidang industri kreatif dibidang seni budaya dan kopi,”ujarnya.
Atas kerjasama Yayasan Samin dengan SBB cukup efektif untuk pencegahan ekaploitasi pekerja anak. Karena pada hakekatnya anak memiliki hak untuk tumbuh kembang dan mendapatkan akses pendidikan terutama life skill. .
”Semoga kedepan program terus dilaksanakan untuk membantu anak anak di desa Sumber agar tidak terlibat dalam aktifitas bekerja dan putus sekolah,” ujarnya. (Wien)