Magelang Mnews.id – Wakil Walikota Magelang Mbah Mansyur memastikan bahwa program kampung religi dipastikan mulai tahun ini sesuai dengan janjinya saat kampanye bersama dr Aziz.
”Kampung religi ini nama program, banyak hal yang dilakukan di dalamnya, mulai pembinaan mental spiritual ummat hingga berbagai kegiatan keagamaan lainnya,”kata Mbah Mansyur.
Menurutnya, selama ini peran lembaga keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, FKUB, MUI belum melakukan akselerasi dengan program pemerintah. Karena itu mulai tahun ini akan dioptimasi perannya untuk membangun mental spiritual ummat.
”Lembaga ini akan diberi dana hibah untuk berbagai kegiatan. Termasuk juga oraganisasi keagamaan non Islam lainnya,”kata Mbah Mansyur.
Selain itu, lanjut dia, keberadaan Masjid, Mushala, TPQ dan Pondok Pesantren juga diperkuat perannya untuk membina mental spiritual serta akhlak masyarakat. Geliat keagamaan di kampung-kampung lebih semarak dan benar-benar mencerminkan kampung religi.
”Kampung religi semacam simbol bahwa di kampung tersebut benar-benar sudah menjalankan visi religius. Selama ini Kota Magelang sebagai kota religius tapi masih sebatas jargon saja,”ujarnya.
Dia menceritakan pengalamannya, selama ini beberapa daerah yang sebenarnya tidak ada slogan religinya, justru malah lebih religius. Tapi Kota Magelang yang memakai kota religus belum menuju ke arah pemahaman religiusitas yang sebenarnya.
Dia mencontohkan, di Sragen dan Kebumen, dua daerah itu lebih religius tanpa menggunakan slogan religius. Salah satu contoh yang terlihat ornamen asmaul husna di sepanjang jalan masuk kawasan tersebut.
”Lebih dari itu dalam memahami Kota Magelang yang religius, insyallah mulai saat ini kami melakukan ikhtiyar melalui kampung religi kedepan bagaimana keimanan dan ketaqwaan masyarakat meningkat,”ujarnya.
Dia memmbayangkan, salah satu semarak kampung religi itu setiap kali jamaah shalat subuh itu seperti shalat Jumat. Semua masyarakat sekitar masjid berbondong-bondong ke masjid seperti layaknya shalat Jumat.
”Kalau zuhur, asar, magrib dan isyak mungkin masih banyak masyarakat yang bekerja atau rutinitas lainnya. Tapi paa saat shalat subuh semua berada di rumah sehingga mereka datang ke masjid semua,”harapnya.
Kampung religi itu, lanjut dia, juga lebih pembinaan rohani bukan pembakaran rohani, kalau dibakar rohaninya malah menjadi masalah dan terjadi konflik. Dengan pembinaan rohani itu masyarakat hatinya adem damai dalam menjalani kerukunan ummat beragama.
Dia mencontohkan, dalam ritual islam misalnya ada yang tahlil-yasin dan subuh menggunakan qunut, tapi itu tidak usah diperdebatkan dan dipermasalahkan karena menjadi konflik. Justru semuanya harus saling menjaga dan menghormati karena masing-masing orang memiliki keyakinan dan madzhab sendiri-sendiri.
”Saya berharap kampung religi ini benar-benar menjadi penggemblengan mental spititual bagi masyarakat. Sehingga dengan adanya program ini keimanan dan ketaqwaan meningkat,”ujarnya.
Pilot Project kampung religi, lanjut dia, salah satunya ada di Wates dilingkungannya masjid Sirojul Huda. Menurutnya selama ini sudah berjalan berbagai kegiatan keagamaan. Di kampung tersebut juga terdapat gereja yang tak jauh dari masjid dan ada kerukunan antar ummat.