Anggunnya lereng Merapi dibalut hawa sejuk dan gemericik air memberi kesan tersendiri bagi saya di penghujung tahun 2019. Seakan kaki enggan beranjak meninggalkan keindahan kaki gunung merapi sebagai tempat obyek wisata di wilayah Yogyakarta.
Kesempatan yang luar biasa selama tiga hari membersamai asrinya Kaliurang, rasa penat selama di sekolah seolah hilang tak berbekas berganti menjadi setetes embun yang penuh kehangatan. Meskipun ada rasa sedih saat meninggalkan buah hati tersayang di rumah, semua seakan terhapus kesedihan itu dan tergantikan dengan semangat membara menatap masa depan untuk berkarya.
Karya yang tidak akan usang meski waktu terus meninggalkan saya. Alhamdulillaah saya berkesempatan mengikuti kegiatan akhir tahun yang dikemas dalam sebuah acara “National Workshop Writing Book and Professional Article” yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Magelang kerja sama dengan PGRI Kota Magelang selama tiga hari (20-22 Desember 2019) di Hotel Griya Persada Kaliurang Yogyakarta.
Semangat berkarya adalah kunci meraih kebahagiaan, ketenangan, dan ketentraman, serta memberikan motivasi dalam meraih cita-cita mulia. Tiga hari di Kaliurang seolah saya mendapatkan semangat baru untuk menata pikir dan mengaktifkan imajinasi yang selama ini tertidur pulas tak terbangunkan.
Bersama Prof. Imam Robandi tahap demi tahap keaktifan berpikir dan imajinasiku menggeliat bangun dari ketertidurannya. Beliau dengan sabar dan penuh kehangatan menyirami, menyiangi, memberikan vitamin untuk menumbuh suburkan imajinasiku. Tidak mudah membangunkan pola pikir yang tadinya berantakan menjadi sedikit tertata dengan apik. Semangat berkarya mengoptimalkan daya nalar untuk menuangkan ide-ide cemerlang agar jauh dari kepikunan.
Menulis adalah hal yang mudah siapapun mampu menuliskan sesuatu. Kebiasaan menulis akan mampu memberikan nutrisi daya pikir saya agar mampu berkerya menumbuhkan embrio menulis. Hari pertama dibangunkan daya pikir saya oleh Prof Imam Robandi perasaan menjadi campur aduk antara perasaan sedih, lelah, kantuk, dan senang. Sehari penuh alam pikir dan imajinasiku seakan berontak enggan untuk meneruskan mengikuti pola pikir yang dibangun bertahap oleh Prof. Imam Robandi.
Pada hari kedua dengan menahan rasa jengkel, lelah, dan kantuk alam pikir saya mulai sedikit terbuka untuk bisa masuk bagian kulit di dunia menulis yang sesungguhnya. Karena imajinasi dan ide-ide menulis saya sudah mengendap dalam waktu yang relattif lama, pada hari kedua imajinasi dan ide itu mulai tumbuh dan sedikit berkembang tersalur energinya melalui tarian jari jemari di atas keyboard dan tertuanglah imajinasi dan ide-ide itu.
Meski masih jauh dari kata benar tata tulis dan susunan kalimat-kalimatnya dengan semangat saya tetap berusaha ingin menjadi penulis buku yang dapat menginspirasi bagi para pembaca buku saya. Kadang saya heran melihat para penulis aktif meskipun di usia yang sudah tidak muda lagi masih mampu berkarya dan memberikan kemanfaatan bagi orang banyak. Menjadi motivasi besar bagi saya meskipun penulis sudah menghadap Sang pencipta, namun amal jariyahnya tetap mengalir seolah sang penulis tatap hidup dan tidak pernak mati.
Berangkat dari motivasi saya ingin hidup selamanya melalui karya-karya terbaikku yang memberikan kemanfaatan bagi orang banyak, saya termotivasi untuk menjadi penulis yang baik tata tulisnya. Banyak hal yang dapat dijadikan tulisan bermakna dan dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
Menulis merupakan cara terbaik untuk menyalurkan ide yang selama ini mengendap, mencari sumber yang dapat ditulis dapat menghidupkan cara berfikir efektif. Menulislah apa saja yang bisa ditulis, menulislah dimanapun berada, jadikan tulisnya menjadi sumber inspirasi bagi orang lain. Untuk memupuk keaktifan menulis perbanyaklah dengan membaca dari berbagai sumber bacaan yang akan membangkitkan kemampuan berfikir dan menyalurkan dalam bentuk tulisan yang bermakna.
(Hari Purwanto, Guru Pendidikan Agama Islam SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang)