Magelang Mnews – Dalam catatan sejarah PPSM Magelang melewati sejarah panjang masa kolonial hingga kemerdekaan. Pecinta sepakbola di tanah air pun mengakui bahwa PPSM mampu berkibar dari masa ke masa turut menggeliatkan sepakbola di Indonesia.
Bagaimana dengan kabarnya sekarang… haloo….Apa Kabar PPSM Magelang di mana dirimu berada. Kami rindu sepakbola yang menyatukan dan menghibur, terlihat sorak sorai suporter di tribun. Riuh para suporter dulu memenuhi Tribun Timur Stadion Abu Bakrin hingga semarak nyanyian suporter di Tribun Timur Stadion Moch Soebroto.
Di saat mengalami kerinduan itu setidaknya sejarah menjadi hiburan nostalgia, tapi sejarah ini juga menjadi penyemangat bagi generasi sekarang untuk bagaimana kemudian berbuat sesuatu untuk PPSM Magelang.
1.Masa Kolonial Bernama IVBM
Indonesische Voetbal Bond Magelangsche (IVBM) adalah nama yang digunakan diawal berdirinya PPSM.

Nama dengan Bahasa Belanda itu merupakan nama pertama yang dipakai mengingat situasi dan kondisi di masa penjajahan Belanda.
IVBM waktu itu menginisiasi berdirinya Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), bersama 6 klub lainnya yaitu Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) –Persija Jakarta, Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) –Persib Bandung, Perserikatan Sepakraga Mataram (PSM) –PSIM Jogjakarta, Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB) –Persis Solo, Madioensche Voetbal Bond (MVB)- PSM Madiun dan Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB) -Persebaya.
Kini, 7 klub pendiri PSSI tersebut dikenal dengan julukan “Identitas Para Pendiri” sebagai bentuk penghormatan pada perjuangan mereka waktu itu.
2.Bangkitnya PPSM di Tahun 75
Kejurnas PSSI tahun 1975 melibatkan 18 klub yang melaju ke tingkat nasional, termasuk PPSM Magelang.
Setelah menunggu lama, akhrinya PPSM bisa kembal ke putaran nasional. Sebab menurut catatan sejarah, sejak kejurnas PSSI kembali digelar pada tahun 1951. PPSM selalu gagal mencapai putaran nasional.
Kejurnas PSSI 1975 terlebih dahulu dimulai dari babak penyisihan grup, 18 klub dibagi dalam empat pool berbeda. PPSM tergabung di Pool C bersama Persipal Palu, Persebaya Surabaya, PSBS Biak dan PSL Langkat. Stadion Menteng Jakarta ditunjuk jadi venue pertandingan pool ini

PPSM mengawali turnamen dengan kurang baik. Dihajar PSL Langkat dengan skor telak, 0-7. Lalu dua hari kemudian, tepatnya tanggal 20 Oktober 1975, dihantam Persipal Palu dengan skor lebih telak, 1-10. Tapi ternyata, hasil buruk di dua laga awal masih berlanjut di dua laga sisa.
Di pertandingan ketiga, PSBS Biak delapan kali membobol gawang tanpa sekali pun dapat balasan. Lalu Persebaya Surabaya jadi penutup perjuangan PPSM musim itu setelah (juga) menghajar dengan skor lumayan telak, 0-4. PPSM jadi juru kunci tanpa meraih sebiji poin pun dan mengemas angka kebobolan yang sangat tinggi. PPSM gagal ke perempat final.

Meski bisa dibilang PPSM gagal total di kompetisi kala itu, kisah 1975 adalah bagian dari sejarah klub kebanggaan warga Magelang ini.
Sebab faktanya, musim tersebut adalah terakhir kalinya PPSM berlaga di kancah nasional. Hingga hari ini, artinya sudah 44 tahun PPSM tak pernah lagi bisa kembali ke kasata tertinggi sepakbola Indonesia.
Kongres luar biasa PSSI Askot Magelang yang terlah terselenggaran dengan penetapan Joko Budiyono sebagai Ketua, semoga memberikan angin segar bagi persepakbolaan Magelang khusunya PPSM.
PPSM Adalah Kita..!!!